SURABAYA – Ketua Komisi C DPRD Surabaya Syaifuddin Zuhri mengatakan, revitalisasi pintu air Petekan di Sungai Kalimas akhirnya dianggarkan di APBD 2018. Pasalnya, sampai sekarang tidak ada kepastian bantuan yang diharapkan dari pemerintah pusat.
Syaifuddin menyebutkan, pembangunan pintu air di Jembatan Petekan memang merupakan salah satu target untuk mengatasi masalah banjir di Kota Surabaya.
Namun, terangnya, Pemkot Surabaya akhirnya menggunakan dana APBD 2018 setelah alokasi dana dari pemerintah pusat senilai Rp 200 miliar batal diberikan. Oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, ungkap Syaifuddin, anggaran itu digeser ke Mojokerto.
Untuk membangun pintu air yang terletak di Kalimas sisi utara itu, sebut pria yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya ini, pemkot mengalokasikan dana sebesar Rp 43 miliar.
Oleh karena prioritasnya adalah pengadaan pintu air, tambah dia, maka jika ingin menyelesaikan sampai pada sistem jembatan, harus dianggarkan lewat perubahan anggaran keuangan (PAK).
“Itu untuk pengadaan pintu airnya saja. Sehingga nanti untuk memaksimalkan Petekan, kita anggarkan lagi di PAK,” kata Syaifuddin, kemarin
Terkait pembangunan pintu air peninggalan zaman kolonial itu, Pemkot Surabaya sebelumnya sudah minta kepada pemerintah pusat untuk segera merevitalisasi.
Wali Kota Tri Rismaharini yakin dengan merevitalisasi pintu air Petekan mampu menanggulangi persoalan banjir di Surabaya.
”Kalau pintu air di Kalimas itu bisa ditutup saat air pasang, maka daerah seperti Kalianak, Jalan KH Mas Mansyur, Nyamplungan, Pegirikan, Kapasari, Kapasan, Undaan, sampai di kompleks Balai Kota Jalan Jimerto akan clear dari banjir,” kata Risma, beberapa hari lalu.
Menurutnya, Dinas PU Bina Marga Pemkot Surabaya sudah memantau pelaksanaan tender pengerjaan revitalisasi pintu air Petekan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR).
”September itu masih ada, tapi di Oktober kok hilang,” ujar Risma.
Dia menegaskan, revitalisasi pintu air Petekan sangat mendesak dilakukan pemerintah pusat. Kalau di Surabaya hanya mengandalkan pembangunan rumah pompa air akan membutuhkan biaya mahal, karena butuh petugas kebersihan dan petugas jaga alat pompa itu sendiri.
Seperti diketahui untuk menekan risiko banjir, Pemkot Surabaya intensif membersihkan saluran, terutama box culvert yang mungkin tersumbat karena sampah bawaan banjir sebelumnya.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga memasang pompa untuk menarik volume air ke beberapa titik seperti Kali Jagir, Wonorejo 1, Rungkut dan pompa di daerah Kebon Agung.
”Kami juga sudah tambah kapasitas pompanya yang dulunya hanya satu setengah kini tiga meter per kubik. Penambahannya dua kali lipat,” ujarnya.
Upaya lain yang juga dilakukan Pemkot Surabaya adalah mengganti pompa-pompa lama dengan yang baru, membangun saluran baru, melakukan pengerukan dan memindahkan jembatan yang dianggap mengganggu dengan mengganti konstruksi yang baru. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS