KOTA MADIUN – DPC PDI Perjuangan Kota Madiun menggelar Tumpengan dan Sarasehan bertajuk Jejak Pemikiran, Tindakan dan Nasionalisme, di kantor lama DPC, Jalan dr. Soetomo 31 Kota Madiun, kemarin malam.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Madiun, Anton Kusumo mengatakan, acara ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Bulan Bung Karno yang diperingati setiap bulan Juni.
Diharapkan acara ini bisa memberikan pencerahan khususnya internal, bagaimana memahami dan mengerti ajaran ajaran Bung Karno yang selalu mengajarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup, yang salah satu nilai luhurnya adalah kita wajib untuk saling menghormati dan menyayangi.
“Paham radikalisme sangat berbahaya karena ajarannya menanamkan individualisme, menjelek-jelekkan yang lainnya, dan itu sangat bertentangan dengan Pancasila. Maka dengan tegas PDI Perjuangan melawan radikalisme,” kata Anton, kepada reporter media ini, Senin (7/6/2021).
Anton menambahkan bahwa semangat perjuangan dan ajaran-ajaran Bung Karno harus tetap diwariskan dan ditanamkan kepada anak bangsa.
Karena Bung Karno adalah Bapak Bangsa yang harus diteladani. “Kita wajib mewarisi semangat Bung Karno,” ujarnya.

Sementara itu, acara sarasehan kemarin malam menghadirkan dua narasumber yakni Asisten Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah, Tri Chandra Aprianto dan Yakobus Wasit Supodo, alumnus PMKRI yang juga sebagai Komisioner Bawaslu Kota Madiun.
Dialog interaktif yang dikemas santai dengan suasana angkringan ini membahas tentang bahaya radikalisme.
Juga bagaimana menangkal radikalisme yang jelas-jelas bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.
Tri Chandra Aprianto mengatakan, saat ini ideologi negara kita mulai dipertanyakan oleh orang-orang yang tidak jelas.
Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok radikal yang mempertentangkan antara Pancasila dengan agama.
Padahal, lanjut Candra, para pendiri bangsa menggali nilai-nilai Pancasila salah satunya dari sumber-sumber agama yang ada di nusantara ini. Jadi, Pancasila menjadi titik temu spiritualitas nusantara.

“Saya ingin mengatakan, tidak ada pertentangan antara Pancasila dan agama, terutama Islam ataupun agama lain,” tegas Candra.
“Tidak ada pertentangan antara agama dan Pancasila, sudah selesai itu. NU sendiri pada tahun 1984 menyatakan Pancasila sebagai hal yang sudah final, sebagai bintang penerang bagi perjalanan republik ini,” imbuhnya.
Menurut Candra, untuk membentengi dari paham radikalisme dan yang bertentangan dengan Pancasila, salah satunya harus diajarkan dalam dunia pendidikan. Mulai dari dasar, menengah bahkan sampai perguruan tinggi.
“Harus mulai konkret di dunia pendidikan harus diajarkan kembali. Mulai dari SD, SMP, SMA dan Pergururan Tinggi. Itu yang hilang dari pendidikan kita,” ujarnya.
Tak hanya itu, pondok pesantren juga harus diberikan pendidikan Pancasila. Bung Karno dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat dekat dengan para kyai dan pondok pesantren.
“Kalau pesantren NU sudah bisa dipastikan Pancasila, namun untuk pesantren non NU harus dilihat kembali bagaimana komitmen mereka terhadap kebangsaan,” ujarnya. (ant/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS