
BANYUWANGI – Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan salah satu kunci kemajuan Kabupaten Banyuwangi adalah kerukunan antar umat beragama yang terus terjaga.
Pada awal dirinya memimpin Banyuwangi, ada banyak tantangan yang dihadapi. Mulai aksesibilitas daerah yang sangat terbatas, kondisi ekonomi yang tertinggal dari daerah sekitarnya, hingga tingkat kemiskinan masih tinggi.
Namun berkat situasi kondusif di daerah dan dukungan dari segenap elemen masyarakat akhirnya satu demi satu tantangan tersebut bisa terlewati.
“Suasana kondusif itu terjadi karena terjaganya kerukunan antar umat beragama di daerah kami. Inilah modal awal kami dalam membangun Banyuwangi,” kata Anas, saat menjadi pembicara Workshop Ortaker dan Kepegawaian Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama RI yang berlangsung di Banyuwangi, kemarin.
Salah satu cara yang dilakukan untuk terus memupuk kerukunan antar umat beragama, lanjut Anas adalah dengan menggelar pertemuan rutin lintas tokoh agama.
Dalam forum tersebut, dibahas aneka persoalan untuk dicarikan penyelesaian bersama. Sehingga berbagai persoalan berbau SARA dapat ditanggulangi sedini mungkin.
“Atas kerukunan umat beragama di Banyuwangi, Karen Amstrong menetapkannya menjadi Compassionate City, kota welas asih ke-40 di dunia,” ungkap Anas.
Sinergi juga terus dipupuk. Karena pembangunan bukan hanya menambah infrsatuktur fisik, tapi “membangun jembatan” harmoni antar umat beragama.
Anas pun mencontohkan sinergi yang terjalin antar pemkab dan umat beragama, dalam mengatasi masalah kemiskinan. Yakni dengan memberikan mobil layanan kemasyarakatan kepada organisasi keagamaan.
“Mobil layanan ini bisa digunakan untuk membantu masyarakat miskin yang kebingungan mencari kendaraan saat akan ke rumah sakit atau pengobatan lainnya. Juga bisa untuk mengantar anak-anak yang berada di desa yang jauh untuk kesekolah,” jelas Anas.
“Sebelumnya kami juga telah menuntaskan infrastruktur menuju Taman Nasional Alas Purwo dimana terletak Pura Blambangan yang menjadi tempat suci bagi agama Hindu. Sinergi seperti ini akan terus berlanjut ke depannya,” tambah dia.
Kerukunan dan sinergi tersebut, tambah Anas, menjadi modal penting untuk membangun Banyuwangi. Persoalan kemiskinan, pengangguran, pembangunan dan pendidikan setahap demi setahap dapat diselesaikan.
“Angka kemiskinan Banyuwangi berhasil kita tekan hingga 7,52 persen, padahal sebelumnya selalu dua digit. Pendapatan per kapita pun naik hingga lebih dari Rp 48 juta per tahun. Ini semua tentu tidak terlepas dari peran bersama masyarakat Banyuwangi yang rukun,” urainya.
Ditjen Bimas Hindu melaksanakan kegiatan penguatan organisasi di Banyuwangi selama empat hari, 12-15 Februari. Kegiatan ini diikuti 165 pejabat di bawah kantor Ditjen Bimas Hindu dan Pimpinan Perguruan Tinggi Hindu se-Indonesia.
Kegiatan tersebut diisi dengan workshop dan benchmarking ke sejumlah instansi di lingkungan Pemkab Banyuwangi.
Dirjen Bimas Hindu, I Ketut Widnya mengatakan, sangat mengapresiasi berbagai kemajuan yang dicapai Banyuwangi.
Dia ingin agar langkah yang telah dilakukan oleh Banyuwangi selama kepemimpinan Anas bisa menjadi inspirasi oleh para stafnya.
“Kemajuan Banyuwangi sangat nyata dan bisa dilihat secara langsung. Banyuwangi sudah berubah dari daerah tertinggal menjadi maju. Semangat perubahan ini harus kita contoh,” ujar Ketut. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS