BATANG — Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini menegaskan pentingnya keberlanjutan investasi dan penguatan daya saing Indonesia di tengah tekanan ekonomi global.
Hal itu dia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja spesifik bersama anggota Komisi VII DPR RI ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (11/7/2025).
“Kita sudah melihat infrastruktur yang sangat besar dibangun di KEK Batang. Tapi persoalannya bagaimana memastikan kawasan ini benar-benar jadi jantung pertumbuhan ekonomi nasional dalam 10 sampai 20 tahun ke depan,” ujar Novita Hardini.
Menurut legislator perempuan satu-satunya dari Dapil VII Jawa Timur itu, pemerintah pusat telah menggelontorkan anggaran sangat besar untuk infrastruktur kawasan industri. Namun, tantangan ke depan bukan lagi pembangunan fisik, melainkan kepastian investasi dan iklim usaha yang berkelanjutan.
“KEK Batang sudah memiliki modal infrastruktur yang setara dengan kawasan industri di Vietnam atau China. Tapi masih ada catatan serius soal birokrasi, kepastian hukum, dan insentif fiskal yang sering berubah-ubah. Ini yang membuat investor ragu,” tegas politisi PDI Perjuangan itu.
Dia juga menekankan perlunya pengelola KEK menjelaskan secara transparan berapa banyak perusahaan yang telah atau akan beroperasi, target hunian lahan industri yang akan dicapai dalam dua tahun ke depan, serta strategi untuk mempercepat realisasi investasi.
“Kita bicara tentang 4.300 hektare lahan, ini angka yang besar. Tapi mari fokus dulu ke yang 1.000 hektare. Kalau dua tahun ke depan belum penuh, artinya kita masih punya PR besar. Bukan hanya promosi, tapi juga pembenahan sistem,” ujarnya.

Tak hanya sampai di situ, isu sumber daya manusia (SDM) juga menjadi sorotan. Menurutnya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam menyiapkan tenaga kerja industri yang siap pakai. Dia membandingkan kesiapan SDM Vietnam yang lebih stabil karena ekosistem.
“Kita masih dalam tahap mengasah. Tapi jangan sampai ini jadi alasan untuk tidak maju. Pemerintah, termasuk kementerian terkait, harus hadir memberi insentif, pelatihan, dan jaminan kenyamanan berusaha,” jelas dia.
Lebih lanjut Novita juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal. Ia mendorong agar program CSR di KEK Batang bersifat jangka panjang dan memberdayakan, bukan hanya bantuan konsumtif.
“Industri jangan hanya berdiri tanpa melihat sekitar. Kita punya potensi besar dari hasil pertanian dan perkebunan. Mengapa tidak diproses menjadi produk manufaktur di sini juga? Ini yang saya maksud dengan ekonomi yang memberdayakan,” tuturnya.
Novita Hardini menyampaikan bahwa kawasan industri seperti KEK Batang harus menjadi contoh keberhasilan pembangunan berbasis kolaborasi antara pusat, daerah, swasta, dan masyarakat.
“Presiden, menteri keuangan, semua sudah bicara pembangunan harus profesional. Business is business. Tapi yang kita butuhkan sekarang adalah pemimpin kawasan yang visioner dan bisa memastikan investasi masuk dengan cepat, aman, dan berdampak langsung pada masyarakat sekitar,” tegas Novita.
“Komisi VII DPR RI, akan terus melakukan pengawasan terhadap kawasan-kawasan strategis seperti KEK Batang agar menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang merata, bukan hanya simbol pembangunan,” tutupnya. (nia/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS