SURABAYA – Calon Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana mengingatkan kembali makna Sumpah Pemuda, yang diikrarkan para pemuda di tahun 1928 silam. Whisnu mengatakan, gagasan Sumpah Pemuda yang dikobarkan para pemuda bukan sekadar mewujudkan cita-cita berdirinya Indonesia, tapi juga sebuah proses kreativitas perjuangan, yang membutuhkan pengorbanan.
Menurut Whisnu, ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi keputusan Kongres Pemuda Kedua pada 27 hingga 28 Oktober 1928, merupakan kristalisasi proses pemikiran yang panjang, untuk menegaskan adanya “Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia”.
“Untuk selanjutnya, di masa kemerdekaan, proses pemikiran para pemuda bukan lagi pada persoalan mencapai Indonesia merdeka, bagaimana menciptakan gagasan kreatif untuk mengisi kemerdekaan di masa mendatang,” terang Whisnu, Rabu (28/10/2015).
Semangat membangun Indonesia, khususnya Surabaya yang lebih hebat, sebut Whisnu, tidak bisa dipisahkan dari sejarah berdirinya bangsa. “Karena tanpa mereka yang telah berdarah-darah di zaman pra-kemerdekaan itu, kita bukan apa-apa,” ujar pria yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya itu.
Lantas bagaimana pemuda di masa kemerdekaan? Politisi yang akrab disapa Mas Inu ini menjelaskan, pemuda harus memiliki daya kreativitas tinggi untuk menyentuh simpul-simpul masa depan demi membangun Indonesia lebih hebat.
“Ada banyak kreativitas yang bisa dikelola dan kemudian menjadi sebuah industri kreatif, yang digagas anak muda di Surabaya. Satu contoh, Komunitas Linux Arek Surabaya, yang berisi pegiat IT. Proses-proses kreativitas seperti ini juga perlu dikembangkan di era digital seperti sekarang ini,” papar alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.
Momentum Hari Sumpah Pemuda, menurut Whisnu, menjadi pembelajaran bagi kaum muda, untuk memberdayakan dirinya demi Indonesia hebat. “Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah, salah satunya memberi wadah pemuda, agar menjadi sumber daya yang siap menghadapi modernisasi,” jelasnya.
Di bidang pendidikan, lanjut Whisnu, harus ada ‘revolusi’, agar masyarakat lebih berdaya di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu upayanya adalah pendidikan gratis. “Itu sudah dikonkretkan pada masa kepemimpinan Bu Risma (Tri Rismaharini). Saat itu, biaya sekolah gratis. Ke depan, juga akan dilakukan di perguruan tinggi, khususnya pemberian beasiswa hingga S2 (strata dua),” ungkapnya.
Mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya itu menekankan, kaum muda sebagai ujung tombak keberlanjutan masa depan bangsa, harus memiliki peran penting dalam pembangunan dan teknologi.
“Kita harus menyiapkan betul, agar para pemuda ini mampu menunjukkan perannya di masa mendatang. Dan Insya Allah, kalau kami kembali terpilih nanti, program-program tersebut akan kembali kita lanjutkan. Selain mampu bersaing di dunia internasional, pemuda Surabaya juga harus bisa menjaga keutuhan budaya Surabaya,” ucap Whisnu.
“Untuk membangun karakter-karakter pemuda, silakan kalian, anak muda berkreasi. Kami siap mewadahinya. Minat kalian di mana, di bidang musik? Silakan. Teknologi? Silakan. Tapi semua harus dilakukan serius, sehingga berbuah prestasi dan membawa nama Surabaya di mata dunia,” ajaknya.
Dia juga menyampaikan, jiwa anak muda Surabaya yang blokosutho (apa adanya), berani dan setia kawan, jika disalurkan secara benar, akan berbuah positif. “Maka, secara tidak langsung akan berdampak pada pembentukan karakter budaya, yang menjadi ciri khas Surabaya,” terang dia.
Terpisah, Calon Wali Kota Tri Rismaharini menegaskan, warga Surabaya, khususnya para pemuda, harus mampu mengembangkan jiwa entepreneurship dalam dirinya. “Di era modern, warga Surabaya harus mampu mandiri di bidang ekonomi. Harus bisa mengembangkan industri-industri kreatif yang bisa membawa nama Surabaya. Saya dan Mas Whisnu, siap mewadahi ide-ide kreatif demi masa depan Kota Surabaya,” tandasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS