SURABAYA – PDI Perjuangan semakin kukuh di posisi puncak elektabilitas partai politik di Surabaya. Hasil penelitian Surabaya Survey Center (SSC) terbaru menunjukkan tingkat keterpilihan PDIP 46,7 persen, jauh meninggalkan parpol lain yang tak sampai 9 persen.
Menanggapi hasil survei tersebut, pakar politik Universitas Airlangga (Unair), Hari Fitrianto, mengatakan ada kecenderungan di tiga hal yang menjelaskan mengapa PDI Perjuangan bisa berjaya di Kota Pahlawan.
Pertama, soal atribut. Menurutnya, saat rakyat ditanya, atribut partai apa yang sudah ada di rumah, sebanyak 43,5 persen jawaban responden adalah PDI Perjuangan.
Sedangkan atribut apa yang paling banyak dilihat di luar rumah lagi-lagi PDI Perjuangan menjadi jawaranya dengan angka 55,9 persen.
“Baru soal atribut saja, PDI Perjuangan sudah berjaya. Itu artinya apa? PDI Perjuangan mampu menguasai visualisasi kampanye di tingkat offline,” papar Hari kepada media di Surabaya, Kamis (19/1/2022).
Kedua, lanjutnya, terkait gerakan kepartaian. Dengan dominasi atribut tadi, menunjukkan kader-kader banteng bergerak kompak dan sering turun ke masyarakat.
Menurut Hari, hal itu dibuktikan responden survei yang menyebut PDI Perjuangan sering turun ke warga masyarakat di berbagai tempat sebanyak 50,5 persen.
Ketiga, soal kampanye di media sosial (medsos). Hasil survei menunjukkan partai yang sering muncul di medsos juga PDI Perjuangan. Angkanya sebesar 55,5 persen.
“PDI Perjuangan sangat konsisten menggarap tiga hal ini. Yakni atribut, tim sukses dan kampanye di medsos. Konsistensi PDI Perjuangan menggarap dunia maya dan akar rumput inilah yang akhirya membuat elektabilitasnya sangat tinggi,” jelasnya.
Selain faktor tersebut, lanjut Hari, masih hangat kedigdayaan gerakan mesin PDIP mempecundangi dalam Pilkada Surabaya 2020.
Apalagi kandidatnya, yakni Eri Cahyadi dan Armuji, menang telak di pemungutan suara. Ini membuat membuat mesin PDIP semakin mudah digerakkan setelah itu.
Terkait hasil survei tersebut, pemilih kaum muda yang jumlah mencapai 41,3 persen cenderung memilih PDIP. Hari mengatakan, hal itu tidak lepas dari strategi kampanye di medsos, di mana Perjuangan mampu masuk di kehidupan anak-anak muda yang sangat aktif di medsos.
“Saat televisi kurang diminati anak-anak muda dan lebih memilih gawainya, PDI Perjuangan berhasil masuk dan menggarap kampanye di medsos. PDI Perjuangan berhasil masuk dalam gaya hidup anak-anak muda, yang semua kebutuhannya bisa didapat melalui gawainya,” sebut Hari.
Selain itu, lanjut dia, sayap partai yang dimiliki PDI Perjuangan juga sangat aktif. Saat sayap partai lain ngos-ngosan, sayap partai PDI Perjuangan berhasil mengembang untuk melakukan kaderisasi di kalangan anak-anak muda.
“Sayap partai ini bisa digunakan untuk menjadi ceruk kaderisasi anak-anak muda. Partai lain belum mampu menggarap ini dengan maksimal. Namun PDI Perjuangan mampu untuk itu,” bebernya.
Hari juga menilai, PDI Perjuangan menjadi partai yang mampu dan konsisten merawat pemilih tradisionalnya. Pemilih yang memiliki ideologi nasionalis, pemilih yang diidentifikasi sebagai wong cilik.
“Hattrick PDI Perjuangan memenangkan Pilkada Surabaya selama tiga kali juga memiliki pengaruh besar. Sebab kepala daerah tersebut merupakan representasi PDI Perjuangan. Saat era Wali Kota Bambang DH, dilanjut Risma dan sekarang Wali Kota Eri Cahyadi sukses, maka akan berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat terhadap PDI Perjuangan,” terang Hari.
Dengan tingginya elektabilitas PDI Perjuangan di Surabaya ini, dia sangat meyakini pada Pemilu 2024 PDI Perjuangan akan menjuarai lagi di Surabaya. Bahkan akan jauh meninggalkan partai-partai lainnya.
“Secara nasional, PDI Perjuangan akan menang lagi. Begitu juga di Surabaya. Bahkan di Surabaya menangnya akan sangat tebal melebihi nasional,” tutupnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS