MAGETAN – Upacara adat yang digelar masyarakat selalu menarik perhatian anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Diana Amaliyah Verawatiningsih.
Kader PDI Perjuangan ini kerap menyempatkan waktu di sela padatnya tugas sebagai wakil rakyat, untuk mendatangi upacara tradisional yang digelar masyarakat.
Seperti pada Minggu (21/8/2022), legislator yang akrab disapa Diana Sasa ini menghadiri upacara adat ritual bersih desa menyambut Suronan di Desa Ngadirejo, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan.
Kegiatan ini berlangsung di dua punden desa setempat, yakni Punden Klubuk dan Punden Sepitikan.
Suronan dimulai dengan selamatan di Punden Klubuk, dilanjutkan dengan pawai arak-arakan gunungan mengelilingi desa menuju Punden Sepitikan di Dusun Dupak.

Gunungan yang diarak berisi hasil produk 50 UMKM milik warga setempat, yang kemudian dibagikan ke masyarakat.
“Upacara adat menyambut Suronan seperti di Desa Ngadirejo ini memang harus dirawat. Selain untuk nguri-uri tradisi leluhur, juga sebagai pengingat bahwa kita memiliki akar kebudayaan yang agung dari nenek moyang,” kata Diana Sasa.
Seiring dengan perjalanan waktu dan juga disebabkan oleh pemahaman terhadap agama yang semakin baik, ujar Diana, kemudian terjadi akulturasi.
“Antara agama dan tradisi itu disesuaikan tanpa meninggalkan apa yang sudah diwariskan nenek moyang. Saya rasa itulah kepribadian Indonesia yang sesungguhnya,” ujar dia.
Menurutnya, bukan karena seseorang itu muslim dan Islam lahir di tanah Arab, kemudian apa yang menjadi tradisi bangsa Arab itu lantas dibawa ke Indonesia.

“Tapi kita yang mempunyai tradisi asli Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan,” tuturnya.
Dia mencontohkan masyarakat Jawa, di mana Islam itu kemudian kawin menjadi kombinasi yang kemudian disebut Islam Nusantara.
“Saya akan selalu mendukung upaya-upaya pelestarian tradisi yang sudah terjadi akulturasi dengan agama, karena ini menjaga Pancasila,” tegas Diana Sasa.
Sementara itu, upacara Suronan di Desa Ngadirejo yang juga dihadiri Ketua DPRD Magetan Sujatno itu diramaikan oleh para penari langgam tayub diiringi Langen Beksan Susilo Permadi, Karawitan Songo-songo (99) Supri Joyo, Sound UDS Audio, dan penampilan silat dari pendekar PSHT.
Sujatno mengatakan, bersih desa yang selalu diadakan pada bulan Suro ini merupakan bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada warga Desa Ngadirejo.

“Acara Tasyakuran in dikemas dengan bentuk wisata religi dalam rangka mengembangkan pariwisata dan budaya Jawa khususnya di Desa Ngadirejo ini dan umumnya nanti di Magetan,” ujarnya.
Menurutnya, acara adat ini bisa mendongkrak perekonomian di Magetan di bidang pariwisata. Apalagi kalau nanti dikelola dengan baik.
Di sela acara, Kades Ngadirejo menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan ikut melancarkan kegiatan selama Suronan di Desa Ngadirejo.
“Terima kasih kepada masyarakat yang telah hadir dan nyengkuyung acara suronan bersih desa Ngadirejo,” ucap Joko Irianto.
Selain sebagai wujud syukur, terang dia, bersih desa diharapkan menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya Jawa dan menguatkan keanekaragaman, bersifat nasionalisme serta menguatkan nilai-nilai gotong royong.(dav/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS