BLITAR– Anggota Fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Blitar, Budi Susila Jaya mengajak masyarakat beternak burung puter pelung. Pasalnya, burung anggungan ini memiliki pangsa pasar bagus dan luas serta harga jual tinggi. Menurut Budi, peluang usaha burung puter pelung sangat menjanjikan.
Budi sendiri sudah menggeluti ternak burung puter pelung dalam beberapa tahun terakhir. Dari ternak burung puter pelung, Budi mendapatkan laba yang dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarganya.
“Dulu awalnya saya beli hanya 2 ekor. Berkat ketelatenan dan usaha keras, usaha ini akhirnya berbuah manis. Karena jumlahnya saat ini telah mencapai ratusan ekor,” kata Budi, Jumat (11/6/2021).
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Blitar itu juga membeberkan, usaha ternak burung puter pelung ini berawal dari sebuah hobi. Lambat laun, usaha yang dimulai dari sepasang burung puter pelung tersebut kemudian mulai beranak pinak dan semakin banyak jumlahnya.
Bahkan, kata dia, berkat ternak burung anggungan ini dalam sebulan, setidaknya minimal uang 15 juta mampu dia hasilkan. Dengan pengalaman dan hasil yang memuaskan itu, Budi ingin menularkan usaha ternak burung puter pelungnya pada masyarakat luas.
“Hari ini, saya berikan 2 ekor indukan burung puter pelung secara gratis pada warga dan simpatisan PDI Perjuangan di wilayah Kesamben. Saya harap, 2 pasang indukan ini dapat berkembang biak dan beranak pinak. Mengingat, usaha ini sangat prospek” ujar Budi.
Budi menjelaskan, burung anggungan jenis puter pelung sekarang ini memiliki harga jual tinggi. Terlebih lagi jika burung anggungan tersebut kerap mengikuti kontes atau ajang perlombaan.
Selain itu, burung puter pelung juga disebut memiliki suara unik dan merdu. Tidak heran, jika para pecinta burung atau sebagian orang yang paham dan mengerti akan seni suara burung, pasti berusaha keras ingin memiliki burung anggungan ini.
Mitos yang berkembang juga menyebutkan, orang yang memiliki burung puter pelung akan tercukupi kebutuhan hidupnya. Sebab, keberadaan burung puter pelung ini diyakini mampu mendatangkan rejeki kepada pemiliknya.
“Menurut cerita orang jawa dahulu, kalau di rumahnya ada burung anggungan pasti orang kaya atau memiliki status sosial tinggi. Seperti bupati, camat atau lurah pada masa itu. Selain itu, suasana rumahnya juga terkesan adem, tentrem dan mewah,” tutur Budi.
Sementara itu, iklim pasar dan harga burung puter pelung terbilang bagus. Sebab, untuk kelas biasa saat ini rata- rata dijual dengan harga minimal 300 ribu. Namun hal itu berbeda dengan burung yang telah memiliki trah juara, harganya bisa mencapai puluhan dan bahkan ratusan juta rupiah.
“Kalau sudah memiliki trah juara. Untuk anakan burung puter pelung usia 2 atau 3 bulan saja harganya bisa menembus hingga jutaan rupiah,” ungkap Budi.
Budi berharap, di tengah masa susah dan sulit akibat pandemi Covid-19 ini, agar masyarakat mencoba beternak burung puter pelung. Sebab, beternak burung puter pelung sangat mudah dan simpel. Budi berharap, dengan beternak burung puter pelung ini, perekonomian masyarakat dapat terangkat.
“Saya ingin hanya melaksanakan amanah sebagai wakil rakyat dari PDI Perjuangan. Pendekatan grass root melalui burung puter pelung di wilayah Kesamben seyogyanya dapat membantu menguatkan soliditas di antara para kader, PAC, ranting maupun simpatisan PDI Perjuangan,” pungkas Budi. (arif/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS