SIDOARJO – Saat sekarang hingga tahun-tahun mendatang menjadi momentum bagi PDI Perjuangan untuk membangun etika politik berkeadaban. Sosok Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri sebagai teladan menerapkan etika politik.
Hal tersebut dikatakan Haryadi dari Departemen Politik Fisip Universitas Airlangga Surabaya kepada para peserta Diklat Kader PDI Perjuangan Jawa Timur di Hotel Utami, Surabaya, Selasa (16/9/2014). “Ini kesempatan bagi PDI Perjuangan untuk menjadi pioner dalam merevitalisasi peradaban politik demokrasi,” kata Haryadi.
Caranya, kata dia, dengan memberikan penguatan pada etika politik. Apalagi, “PDI Perjuangan memiliki dua role model (teladan) sekaligus. Yakni, Megawati Soekarnoputri dan Jokowi,” jelas Haryadi.
Membumikan etika politik dalam keseharian para kader diyakini mampu mengikis pragmatisme politik yang melanda negeri ini. Dijelaskan Haryadi, dalam pilkada dimana terjadi penguatan ideologi, maka money politics melemah. Sebaliknya, jika penguatan ideologi melemah, pilkada diwarnai maraknya money politics.
Haryadi menegaskan, sosok Jokowi dan Megawati sudah membuktikan hal ini. Jokowi dalam mengikuti pilgub DKI dan pilpres, dengan cara mendengar langsung aspirasi masyarakat (blusukan) mampu menangkis money politics.
“Apalagi Pak Jokowi adalah pemimpin yang authentic, dia tidak punya catatan hitam atau kasus hukum di masa lalunya,” katanya.
Mendengar langsung suara rakyat juga dilakukan Megawati jauh waktu sebelum ini. Di masa rezim Soeharto, Megawati blusukan keliling Indonesia membangun kekuatan rakyat.
Lantaran itu, kepada peserta diklat Haryadi berpesan agar kader-kader partai “menjaga” dua tokoh teladan tersebut dari pengaruh pragmatisme politik.
“Dibutuhkan penjagaan yang ketat kepada dua tokoh ini agar tidak terpengaruh dengan situasi pragmatisme politik. Sebab dari etika politik akan lahir politik berkeadaban ala Indonesia,” pungkas Haryadi. (her)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS