PACITAN – Dalam kongres PDI Perjuangan pertama di Semarang pada 27 Maret – 1 April Tahun 2000 ada sebuah Patung kepala Banteng yang terpajang di depan lobi masuk Hotel Patra Jasa Semarang. Patung kepala Banteng tersebut merupakan karya seniman asal Pacitan, Suwardi.
Saat ditemui di rumahnya di Desa Tambakrejo Kecamatan Pacitan, Kamis (15/4/2021), Suwardi masih menyimpan cerita dirinya menyerahkan karyan patungnya bisa sampai kepada Ibu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Awalnya dia menyampaikan ke (almarhum) Ir. Sutjipto, seorang tokoh PDI Perjuangan. Waktu itu dirinya dipanggil Sutjipto ke kantornya. Dia sampaikan, bahwa dirinya memiliki karya yang ingin diberikan kepada Ibu Megawati.
“Karya itu saya bawa dalam pameran yang kedua di Surabaya. Waktu itu Gubernurnya Pak Imam Utomo. Tapi sebelum pameran saya digiring dulu untuk bertemu seseorang bernama Ir Sutjipto. Saya disuruh datang ke Surabaya untuk bertemu Pak Cip. Kemudian kami ngobrol di kantornya , terus saya pesan ke Pak Cip, bahwa saya ada karya spesial yang akan dipersembahkan untuk Ibu Megawati,” ujar Suwardi, mengenang pertemuannya dengan (almarhum) Ir. Sutjipto.
Setelah menyampaikan niatnya, Ir. Sutjipto meneraskannya kepada Ibu Megawati. “Akhirnya Pak Cip membuat surat atau menyampaikan kabar ke Bu Mega bahwa ada Putra Pacitan yang ingin memberikan sebuah karya.”
Setelah itu Suwardi melanjutkan kegiatan pameran di Taman Budaya Surabaya. Di pameran tersebut karya patung kepala banteng itu dibungkus rapat dengan kain merah putih. Karena karya tersebut ditujukan untuk Ibu Megawati, Suwardi berharap yang membuka bungkus kain merah putih tersebut adalah Ibu Megawati. Sayangnya, Ibu Megawati tidak bisa hadir ke pameran tersebut. Putrinya Puan Maharani sedang sakit dan Ibu Megawati memerintahkan Ir. Sutjipto untuk membuka karya tersebut.
“Akhirnya Pak Cip telepon Bu Mega. Tapi tidak bisa hadir karena Mbak Puan Maharani lagi sakit, jadi tidak bisa datang ke Surabaya. Akhirnya almarhum Pak Cip yang diperintahkan Ibu Mega untuk mewakili dirinya membuka karya besar banteng,” tutur Suwardi.
Selang beberapa bulan, Suwardi diundang oleh Ir. Sutjipto untuk datang di acara kongres pertama PDI Perjuangan di Semarang, tepatnya di Hotel Patra Jasa. Karya Suwardi tersebut menjadi ikon di Kongres pertama PDI Perjuangan itu.
“Karya itu menjadi ikon di kongres pertama PDI Perjuangan di Semarang. Saya tata di paviliun Hanoman Hotel Patra Jasa di depan ruang tempat tinggal Ibu Megawati sekeluarga,” ungkap Suwardi dengan nada bangga.
Di penutupan Kongres PDI Perjuangan Suwardi bercerita dirinya dipertemukan langsung dengan Ibu Megawati. Di pertemuan tersebut Suwardi menyerahkan karyanya secara langsung kepada Ibu Megawati.
“Hari ketujuh setelah penutupan kongres, saya dipertemukan dengan Ibu Megawati. Saya serahkan patung itu kepada beliau untuk diboyong ke Jakarta.”
Suwardi juga bercerita alasanya memberikan karya tersebut, adalah dia pendukung Ibu Megawati. Dia juga menambahkan bahwa Ibu Megawati adalah sosok perempuan. Suwardi merasa, dalam hidupnya banyak sosok peremupan yang membimbing dirinya.
“Dalam hati saya, dari dasar hati saya terdalam, saya kan pendukung Ibu Mega jauh sebelum ada PDI Perjuangan. Makanya, tidak salah, kalau karya itu sampai pada beliau. Selain itu Ibu Mega adalah sosok perempuan, dalam hidup saya, saya itu banyak dibimbing oleh sosok perempuan,” jelas Suwardi.
Di penghujung ceritanya, Suwardi berharap masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Megawati. Dia juga sedang mempersiapkan karyanya untuk diberikan kepada Presiden Joko Widodo.
“Semoga Tuhan masih memberikan waktu untuk saya bertemu Ibu Megawati. Saya juga sedang menyiapkan sebuah karya besar sang Presiden Pak Jokowi,” tutup Suwardi dengan mata berkaca-kaca penuh harap. (Ardy/53T)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS