
BANYUWANGI – Kreativitas warga Banyuwangi memang tiada matinya. Berbekal memiliki sentra UMKM penghasil tahu, warga Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi membikin pasar khusus untuk memasarkan produknya.
Segala macam produk olahan kacang kedelai berupa kuliner tahu dijajakan. Lapak pedagang berjajar rapi siap menanti para pelanggan.
Pasar kuliner tersebut menyuguhkan berbagai makanan olahan berbahan dasar tahu produksi warga desa setempat. Seperti tahu goreng, tahu walik, juga ada tahu bayam.
Pengunjung bisa menikmati olahan beragam tahu dengan nikmat. Maklum saja karena disajikan dengan fresh. Pasar kuliner ini juga menyajikan makanan tradisional khas Banyuwangi lainnya.
Sebenarnya, pasar ini mulai berdiri sejak 2019 lalu. Tujuannya agar lebih mengenalkan dan memasarkan lebih luas produk olahan tahu warga setempat.
Maklum saja, tahu di daerahnya memiliki rasa yang khas. Para pengrajin tahu di pinggiran perbatasan Kecamatan Kabat ini, masih mempertahankan proses pembuatan secara tradisional yakni menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.
Kreativitas warga Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi ini tak ayal diapresiasi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. “Festival kerakyatan seperti ini harus diapresiasi. Selain menggerakkan ekonomi rakyat, kegiatan seperti ini juga dapat meningkatkan kreativitas generasi muda,” kata Anas, Selasa (6/10/2020).
Dia pun tetap minta pengelola dan warga untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan dalam pelaksanaannya. Mulai dari memastikan semua yang ada di area harus mengenakan masker, menyediakan tempat cuci tangan, maupun pengaturan jarak bisa dilakukan.
“Harus ada petugas yang mengingatkan mereka yang sekiranya tidak disiplin protokol kesehatan. Petugas juga harus mengatur keluar masuk pengunjung agar tetap bisa menjaga jarak,” kata dia.
“Karena akan sia-sia, bila ekonomi bergerak namun tanpa diiringi disiplin yang ketat pada aturan kesehatan, yang ujungnya malah membuat penularan semakin masif. Ekonomi boleh jalan, tapi harus diiringi penerapan protokol kesehatan yang kuat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Gitik Hamzah mengatakan, tahu Gitik sangat khas, bertekstur kering tapi lembut di dalam. Selain itu, bahannya juga alami tanpa pengawet dan masih tradisional.
Ciri khas dan cita rasa beda dari tahu ini menjadi inspirasi warga membuka pasar tradisional tersebut. Mereka lalu terpikir untuk membuat pasar kuliner tematik dengan tahu sebagai menu utama.
“Bersama-sama berinisitif membuat pasar kuliner. Melengkapi pasar-pasar kuliner Banyuwangi yang telah ada sebelumnya. Alhamdulillah, selain upaya untuk mengenalkan tahu, kami berharap bisa menggerakkan ekonomi warga desa di sini,” ucap Hamzah.
Awalnya, kata Hamzah, pasar tradisional ini sempat tutup beberapa bulan karena adanya pandemi Corona. Kini, Kampung Tahu dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Saat ini, Festival Kampung Tahu ini dibuka satu bulan sekali. Jadwalnya setiap Sabtu sore di awal pekan bulan,” terang dia. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS