MAGETAN – Mata Mbah Sayem, 75, berkaca-kaca, saat diajak dialog cucu sang proklamator kemerdekaan RI, Puti Guntur Soekarno, jelang sore, Senin (5/2/2018).
Bakul lombok yang menggelar dagangannya di depan stan polowijo di Pasar Sayur Magetan itu tidak pernah bermimpi diajak bicara cucu proklamator Bung Karno.
Bibirnya yang mengeriput lebih banyak tersenyum, meski matanya sembab. Dia mengaku senang bisa duduk bersama cucu Presiden pertama RI tersebut.
“Ibu putrinya Bu Mega,” tanya Mbah Sayem kepada Puti yang duduk di sebelahnya.
“Bukan Mbah, saya putrinya Pak Guntur Soekarnoputra, anak pertama Bung Karno. Pak Guntur itu kakaknya Ibu Mega,” jelas Puti.
Itu sepenggal dialog Puti dengan pedagang Pasar Sayur Magetan. Beberapa kali, Puti menyempatkan waktu sesaat untuk mengajak dialog pedagang, untuk menyerap segala uneg-uneg mereka.
Seperti saat dialog dengan Suparti, pedagang sawi. Kepada Puti dan Gus Amik, Calon Bupati Magetan, Suparti mengeluhkan dagangannya sepi.
Bisa jadi, kata Suparti, kondisi itu dia alami karena lokasi jualannya tidak menempati stan yang memadai, dan agak kumuh.
Penataannya juga pengap, sehingga bisa membuat pembeli tidak nyaman. :Ini jadi perhatian kami, Gus Ipul dan saya, terkait penataan pasar tradisional,” kata Puti.
Bagaimanapun juga, tambah Puti, pasar tradisional harus dijaga dan dikembangkan sebagai sentra ekonomi kerakyatan.
“Penataan harus, aksesnya gampang, stan tertata, lingkungannya juga harus menunjang kenyamanan bagi semua pengunjung,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Puti, ada penggunaan teknologi dalam pengelolaan majemen pasar. Selain itu, soal iuran pedagang tidak mahal, sehingga tidak merugikan pedagang.
Kalau kami diberi kesempatan memimpin Jawa Timur, akan melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional.
Sementara itu, saat mengelilingi pasar didampingi Cabup-cawabup Magetan Miratul Mukminin atau Gus Amik – Joko Suyono (Ketua DPC PDI Perjuangan Magetan).
Puti tidak canggung untuk cangkruk dan makan di warung pecel Bu Parti, asal Kauman Magetan. Pun banyak pedagang yang mengajak Puti untuk berfoto bersama.
Pada suatu kesempatan, Puti menghentikan langkah ketika melihat seorang ibu yang menggendong anak kecil berusia sekitar 9 bulan.
Puti teringat, saat masa kecil yang selalu digendong oleh neneknya, Fatmawati waktu berada di dalam rumah.
“Saya teringat saat di rumah, Ibu (Fatmawati) selalu memanggil saya untuk duduk di sebelahnya, kadang juga digendong. Apalagi sekarang ini tepat kelahiran ibu, jadi teringat beliau,” tuturnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS