SURABAYA – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur Sri Untari Bisowarno mendukung jika Pulau Madura dikembangkan menjadi produsen garam terbesar di Indonesia. Dengan demikian, Pulau Madura menjadi sentra garam nasional.
Namun, kualitasnya juga harus ditingkatkan agar kebutuhan industri dalam negeri tak perlu impor karena bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Untari menyebutkan, swasembada garam tak bisa dibebankan kepada para petani garam. Tapi seluruh stakeholder terkait harus bisa bersatu membantu petani garam supaya bisa meningkatkan produksi dan kualitasnya setara dengan garam impor.
“Kalau perlu petani garam Madura kita bantu untuk studi banding ke Australia,” kata Untari, kemarin.
Jika Madura mampu menjadi sentra produksi garam nasional, pihaknya yakin kesejahteraan masyarakat Madura bisa cepat terealisasi.
Sebab, Pulau Madura sudah memiliki sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup kuat untuk membiayai pembangunan di Madura.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim ini berharap, Pemprov Jatim menggerakkan instansi terkait seperti dinas kelautan dan perikanan (DKP) agar mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kualitas garam Madura.
Bahkan bila perlu, DKP bisa menggandeng Kementerian Riset dan Teknologi atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Saya kira tak ada yang mustahil di era teknologi seperti saat ini. Saya yakin ada rekayasa teknologi untuk meningkatkan kualitas garam Madura maupun mensiasati kendala cuaca yang mempengaruhi kualitas garam di Madura,” ujarnya.
Sementara itu, sampai sekarang Jawa Timur masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan garam. Selama caturwulan pertama 2017, Jatim mendatangkan 429 ribu ton garam dari luar.
Namun, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Heru Tjahjono menegaskan, hal itu belum menyalahi Pergub 2/2013 tentang pengendalian impor.
“Sebab impor dilakukan dua bulan sebelum panen,” ujarnya, kemarin.
DKP menyatakan siap mengaplikasikan teknik produksi melalui rumah garam. Dengan model tersebut, produksi garam dapat dimaksimalkan hingga dua kali lipat.
Selain itu, mereka bakal menggunakan teknologi geomembran dan teknik ulir filter (TUF). “Teknologi ini sudah digunakan di Australia, dan diuji coba di Singapura,” terang Heru.
Di Jatim, salah satu lahan uji coba DKP berukuran 7×7 meter sudah menghasilkan 2 ton garam pada Maret hingga April.
Terdapat 16 kelompok tani garam yang bakal menerima hibah pengadaan teknologi tersebut. Mayoritas kelompok tani berasal dari Madura. Sisanya tersebar di Probolinggo, Pasuruan, Tuban, dan Lamongan. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS