BANDUNG – Kisah kelam peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) yang menyasar Kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat, masih tersimpan jelas dalam ingatan setiap kader PDI Perjuangan.
Saat itu, kantor yang diduduki pendukung Megawati Soekarnoputri diserbu massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) dibantu oleh aparat.
Tepat Sabtu (27/7/2019) atau 23 tahun setelah kejadian itu, PDIP sebagai embrio partai baru yang lahir pasca kejadian itu, terus mengenang Kudatuli sebagai bagian kelam dalam sejarah partai.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di hadapan peserta Konferda PDIP Jawa Barat mengatakan, wujud refleksi dari peristiwa itu adalah keyakinan kuat, kesatuan dengan rakyat yang selama ini dipraktikkan takkan bisa dihancurkan oleh kezaliman dalam bentuk apapun.
“Tetapi karena kita selalu digerakkan oleh kekuatan yang maha dahsyat itu, yakni adalah kesatuan dengan rakyat, sebagaimana yang diungkapkan Bung Karno. Jadi meskipun secara fisik kantor partai hancur lebur, tetapi semangat jiwa raga kita tidak pernah hilang,” kata Hasto.
Dia mengatakan, Kudatuli mempertontonkan kekuasaan otoriter yang berusaha menghilangkan seluruh aspek kehidupan PDI. Kantor DPP PDI diserang dan berusaha dihancurkan.
Maka hari ini, Hasto menekankan bahwa PDI Perjuangan mengucap syukur atas pasang naik turunnya semua manajemen kepartaian. Menurutnya, Tuhan yang Maha Esa tetap memberkahi perjuangan PDIP bersama rakyat sehingga menjadi pemenang pemilu 2019.
“Dalam pemilu tahun 2019 PDI Perjuangan kembali dipercayai rakyat sebagai pemenang pemilu, demikian juga pemenangan pemilu presiden. Inilah tanggung jawab masa depan bahwa kekuasaan itu untuk kepentingan rakyat,” tegasnya.
Peristiwa Kudatuli adalah salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah demokrasi Indonesia. Akibat kerusuhan ini, Komnas HAM mencatat ada lima orang tewas, 149 orang luka-luka, 23 hilang, serta 136 ditahan.
Kudatuli 1996 adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Ketua Umum PDI versi Kongres Medan, Soerjadi. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS