SEJAK mendapat amanah sebagai Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana dipasrahi 3 tugas pokok, yaitu, kepemudaan, perempuan, dan seni budaya. Untuk seni budaya, konsentrasi Whisnu berfokus pada membangkitkan kembali seni budaya khas Surabaya.
“Seperti kata Bung Karno dalam Tri Sakti, kita harus berkepribadian dalam budaya. Maka kekayaan budaya yang dimiliki kota Surabaya tak boleh hilang. Pemerintah mesti memiliki keberpihakan dalam hal ini,” ujar dia saat memberikan sambutan dalam peringatan ulang tahun ke 6 Kampoeng Ilmu, di Jalan Semarang, Surabaya, Sabtu (5/4) malam.
Whisnu mengaku prihatin karena anak-anak sekarang lebih bangga masuk tim cheer leaders daripada mempelajari tari khas Surabaya. “Maka keberadaan Kampoeng Ilmu dengan padepokan seninya yang nguri-uri seni Surabaya dengan mengajarkan tari remo pada anak-anak adalah sebuah upaya yang layak mendapat apresiasi, saya akan mendukung penuh,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya ini.
Dia mencontohkan, peringatan hari jadi Surabaya yang selama ini justru banyak digunakan untuk menggelar panggung pertunjukan dan mendatangkan artis dari ibu kota adalah kebijakan yang kurang berpihak pada warga Surabaya. Maka ini akan dibenahi.
“Jangan uang rakyat Surabaya justru dipakai untuk mendatangkan seniman dari luar Surabaya. Ini tentu tidak pas. Seniman di Surabaya ini tak kalah hebatnya dengan yang di ibu kota, kita kaya kebudayaan, hari jadi Surabaya nanti kita akan optimalkan seniman yang kita punya,” janji Whisnu yang disambut tepuk tangan warga Kampoeng Ilmu.
Kampoeng Ilmu sendiri adalah sebuah area jualan buku bekas yang pedagangnya dibina oleh pemkot Surabaya. Di sini selain tersedia buku-buku yang dijual murah, juga ada area bermain, perpustakaan, joglo, ruang pertemuan, dan warung kopi dengan layanan wi-fi gratis. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS