BOJONEGORO – Kampus kerap menjadi tempat penyebaran faham radikalisme. Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Bojonegoro Drs H Budi Irawanto MPd dalam seminar kebangsaan yang diadakan oleh Kampus IKIP PGRI Bojonegoro, Kamis (29/04/2021).
“Kampus seringkali menjadi tempat yang empuk untuk penyebaran faham-faham radikalisme. Mahasiswa yang mulai kritis dan dialektika akademik di kampus yang lebih dinamis memberi ruang bergerak bagi agen-agen radikalisme,” ungkap Mas Wawan, panggilan akrab Budi Irawanto.
Mahasiswa, tambah Wawan, adalah gerbang utama penerus bangsa. “Jika kita tidak peduli dengan gerbang utama itu, maka kita gagal menjaga penerus bangsa,” tegas dia.
Karena itu, lanjut dia, pemkab memiliki kewajiban untuk menjaga warganya dari bahaya laten tersebut. Pemkab juga harus menjaga keutuhan warganya dalam berbangsa dan bernegara, serta memperkuat rasa cinta tanah air. Caranya dengan menciptakan kesejahteraan masyarakat, mempererat hubungan antar elemen, dan tetap merakyat.
“Oleh karena itu, jika Bupati dan Wakil Bupati melenceng dari kewajibannya mensejahterakan masyarakat dan memecah belah keutuhan warga, maka saya siap dikritik. Jika saya tidak dekat dengan masyarakat, atau tidak membela masyarakat kecil, teriaki saya,” ujar Mas Wawan.
Seminar yang bertajuk “Intoleransi Terhadap Radikalisme di Masyarakat” juga menghadirkan Ketua MUI Bojonegoro, Kepala Polres Bojonegoro, dan perwakilan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Kepala Satuan Bina Masyarakat Polres Bojonegoro, AKP Sujono menyampaikan bahwa radikalisme ini berawal dari orang yang mudah terpengaruh dan mudah membenarkan segala sesuatu tanpa memastikan terlebih dahulu.
“Jangan berprasangka dan jangan mudah terpengaruh. Cari tahu dulu melalui internet atau buku maka kita bisa mengerti apakah hal yang diinformasikan itu benar atau salah,” kata Sujono.
Selain itu, Ketua MUI Bojonegoro KH Alamul Huda menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Pendidikan sangatlah penting karena menjadi pencegah radikalisme.
Kata Gus Huda, orang-orang penganut radikalisme adalah orang yang tidak cinta Indonesia dan tidak memahami apa itu agama. Mereka suka menyalahkan orang lain dan merasa paling benar. “Maunya benar sendiri, menang sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, External Affairs Manager Ichwan Arifin menyatakan bahwa radikalisme sangat fundamental. Maka semua harus berkolaborasi untuk mencegahnya.
Kata dia, dulu Presiden Soekarno menggaungkan rasa nasionalisme sebagai bentuk kebersamaan Indonesia. “Mari kita membangun bersama-sama menjadi riwayat yang sama untuk memajukan bangsa Indonesia, ” ajak aktivis sekaligus kolumnis itu.
Rektor IKIP PGRI Bojonegoro Dr Junarti MPd menyampaikan seminar kebangsaan ini adalah bentuk upaya menangkal radikalisme. Perlu di ketahui, seminar kebangsaan ini juga dihadiri anggota Komisi C DPRD Bojonegoro Natasha Devianti, elemen aktivis mahasiswa, para dosen, dan mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro. (sut/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS