SEKJEN PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan pimpinan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai bagian dari kesadaran politik kader PDI Perjuangan terhadap jejak sejarah bangsa. Kedua organisasi utama umat Islam itu telah berkontribusi besar bagi tegaknya Republik Indonesia dan menjadi pilar pemersatu bangsa
Pertemuan Jokowi dengan Dr. Dien Syamsuddin, Ketua Umum Pimpinan Pengurus Pusat Muhammadiyah di Jakarta berlangsung pada 20 Maret lalu. Jokowi melanjutkan silaturahmi ke K.H. Mustofa Bisri, Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) di Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang.
Dari kedua pertemuan itu, kata Tjahjo, terdapat kegelisahan dan kepedulian yang sama dalam melihat realitas kehidupan bangsa dan negara saat ini. “PDI Perjuangan, Muhammadiyah dan NU berpandangan bahwa pilar bekerjanya ekonomi rakyat yang dulunya digerakkan NU dan Muhammadiyah, kini telah tergantikan jejaring produk impor,” jelas Tjahjo Kumolo, dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, kemarin.
PDI Perjuangan, NU dan Muhammadiyah, lanjut Tjahjo, juga berpandangan bahwa telah terjadi krisis keteladanan, dan karakter bangsa. Dia mengungkapkan, krisis muncul sebagai akibat dari upaya sistematis yang tidak melibatkan kedua organisasi umat Islam terbesar di Indonesia tersebut dalam membicarakan persoalan bangsa
Untuk itu, tambah Tjahjo, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menegaskan agar bangsa ini kembali pada jejak sejarahnya, yang menempatkan NU dan Muhammadiyah menjadi bagian penting dari tiang penyangga republik.
“Jika PDI Perjuangan dan Pak Jokowi mendapatkan mandat kepercayaan rakyat, maka NU dan Muhammadiyah, serta pilar agama-agama lain yang ada di Indonesia merupakan bagian dari elemen bangsa yang sangat penting di dalam menuntaskan agenda-agenda kebangsaan,” ujarnya.
Agenda tersebut, di antaranya menciptakan lapangan kerja bagi rakyat; mewujudkan kehidupan rakyat yang cukup sandang, pangan dan papan.
Tjahjo juga mengatakan, PDI Perjuangan membangun komitmen kebangsaan dengan NU dan Muhammadiyah untuk melakukan kaderisasi kepemimpinan nasional. Sehingga kehidupan politik ke depan akan ditandai munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang memiliki watak, jati diri. kewibawaan, berakhlak mulia, dan berani bertanggung jawab untuk mengemban masa depan bangsa dan negaranya.
Dengan demikian, imbuh Tjahjo, kunjungan Jokowi ke Muhammadiyah, NU dan nantinya ke tokoh-tokoh agama lainnya adalah bagian integral dari kesadaran PDI Perjuangan untuk menyalakan semangat obor kebangsaan Indonesia. Semangat itu merupakan prasyarat penting untuk menjawab persoalan bangsa di masa depan.
Dengan berbekal semangat ini, Indonesia diyakini bisa bangkit, dan menjadi pelopor pergerakan bangsa Asia dan Afrika sebagaimana menjadi spirit dari Dasa Sila Bandung tahun 1955. “Kita songsong era perubahan Indonesia. Megawati Soekarnoputri telah memimpin dengan mata hati. Jokowi dengan mata hatinya akan mengubah Indonesia. Kesemuanya untuk Indonesia Raya,” tandasnya. (pri)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS