MALANG – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Sri Untari Bisowarno mengatakan, Indonesia diberi sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa keanekaragaman budaya dan kekayaan bahasa yang sangat banyak, dengan kekhasan yang berbeda satu sama lain.
Keanekaragaman juga kekayaan budaya itu menyatu dan melebur menjadi bangsa Indonesia. Menurut Untari, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kelestarian budaya asli bangsa melalui UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Ibu Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri, Red) sudah memerintahkan kepada kita semua untuk memajukan kebudayaan sesuai UU No. 5 Tahun 2017. Itu tujuannya agar peninggalan para leluhur kita bangsa Indonesia terawat, terlestarikan, tersebarkan. Agar kita tidak lupa kita ini siapa,” kata Untari dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan, di Ballroom Hotel Ascent, Kota Malang, Jumat (22/4/2022).
Dia menyebut sejarah merupakan sebuah kesatuan konsep antara dimensi ruang dan dimensi waktu. Maka rangkaian peristiwa-peristiwa di masa lalu adalah sebuah satu kesatuan bagian yang tidak dapat dilepaskan dan terkoneksi satu sama lainnya.
Termasuk perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Jauh sebelum masuknya agama-agama mulai Hindu, Budha, Islam, dan Kristen, Indonesia adalah sebuah bangsa yang masyarakatnya sudah terbangun sebuah tatanan sistem kehidupan dan peradaban yang maju.
“Ini menjadi bukti bahwa kita adalah bangsa yang memiliki tanah ini dan punya kebudayaan yang tinggi, sebelum bangsa-bangsa asing datang kesini,” urainya.
Sehingga dalam sebuah kesatuan langkah gerak kepartaian, tambah Untari, PDI Perjuangan harus terus memperjuangkan pelestarian dan keberlanjutan budaya asli tanah air. Salah satu terobosannya adalah melalui platform Media Pintar Perjuangan (MPP).
“Intinya kita ingin kalau ada hal-hal yang bersifat kebudayaan itu didukung cara mendukung melewati digitalisasi. Digitalisasi ini ada lewat Super Radio yang dimiliki DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, juga ada Media Pintar Perjuangan (MPP) ciptaan dari Mas Prananda Prabowo, putra dari Ibu Megawati Soekarnoputri,” papar Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tersebut.
Sementara itu, Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono selaku narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan kali ini memaparkan bahwa untuk bisa memahami secara utuh bangsa Indonesia, kita tidak bisa melupakan proses historis di belakangnya.
“Kita baru bisa memahami secara utuh sosok manusia Indonesia, sosok masyarakat Indonesia, ketika kita menggunakan proses historis. Karena semua kebudayaan tidak hadir tiba-tiba,” tutur Dwi Cahyono.
Maka untuk mengungkapkan proses historis yang sudah terbangun sekian ribu tahun lalu, setiap desa harus bisa melakukan eksplorasi budaya. Kemudian juga turut melakukan upaya konservasi dan perawatan karena peninggalan budaya rata-rata sangat rentan dan terancam keberadaannya.
Sebagai partai terbesar di Indonesia, Dwi minta agar PDI Perjuangan mampu untuk menjadi pelopor dalam gerakan pelestarian dan kecintaan terhadap budaya.
Untuk itu, dia minta agar kader-kader PDI Perjuangan tidak antipati terhadap proses digitalisasi dan budaya luar, yang dapat dijadikan sebagai sarana menyebarkan kebudayaan kebudayaan asli Indonesia.
“Kita masuk ke dalam sebuah era dimana digitalisasi telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Maka jangan takut karena budaya akan bertahan ketika ada akulturasi dan beradaptasi,” ujarnya. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS