JAKARTA – Soal bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo pada Pemilu 2019, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, yang terpenting, pendamping Jokowi kelak harus bisa bekerja sama, memiliki visi yang sama, dan pendapatnya tidak saling bertentangan.
“Wakil kan membantu presiden. Jangan wapres punya politik yang berbeda dengan presidennya,” kata Hasto di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, kemarin.
Dia menyinggung hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menjadi Presiden kelima RI dan didampingi Hamzah Haz sebagai wakil presiden.
Menurut Hasto, keduanya disatukan bukan karena lobi politik, melainkan “dijodohkan” oleh MPR. Namun, keduanya memiliki satu paduan dalam memimpin Indonesia saat itu.
“Bu Mega bicara pada Pak Hamzah Haz, ‘Kalau di antara kita tidak kompak, kita ngangkat alis saja, maka rakyat bergerak’,” kata Hasto menirukan ucapan Megawati kepada Hamzah Haz kala itu.
Megawati, tambah Hasto, selalu minta Hamzah untuk mengingatkan dirinya. Jika tidak setuju dengan keputusan yang akan diambil presiden, Megawati meminta Hamzah memberikan kode yang menandakan ketidaksetujuan.
“‘Kalau saya mengambil putusan dalam sidang kabinet, sebelum palu saya ketok, kalau pak Hamzah ada tidak setuju, tolong pegang tangan saya’,” ujar Hasto kembali menirukan Megawati.
Dia menjelaskan, kode memegang tangan Megawati itu akan menjadi tanda agar Megawati tidak jadi mengambil keputusan.
Sementara itu, terkait pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, menurut Hasto, bukan merupakan sesuatu yang mendadak dilakukan. Pertemuan tersebut telah dirancang sebulan sebelumnya.
“Memang sudah direncanakan sudah cukup lama, sebulan sebelumnya,” ungkapnya.
Pihaknya menyambut positif pertemuan tersebut. Dia menyebut ada semangat gotong royong yang dibangun keduanya sebagai presiden dan orang yang pernah menduduki posisi tersebut.
Dialog semacam itu dianggap penting untuk berjalannya roda pemerintahan Jokowi. “Membuka ruang dialog dan persahabatan dengan tokoh-tokoh manapun, baik yang kritis sekalipun,” kata Hasto.
Dia menganggap pertemuan tersebut wajar saja dilakukan. Hasto membandingkan dengan pertemuan Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri.
“Itu rutin dilakukan, sebagaimana ibu Megawati dan jokowi sering berdialog, bertemu di Istana Batu Tulis. Itu sama,” tuturnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS