JAKARTA – Sikap politik PDI Perjuangan yang disampaikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri selalu ditanggapi bahkan dicerca lewat beragam media. Cercaan itu kerap muncul pada setiap kerja besar yang digelar PDI Perjuangan, mulai dari rapimnas, rakernas, dan kongres.
Pengamat politik Universitas Airlangga Haryadi mengatakan, sebagian intelektual yang tak pernah punya perhatian mendalam terhadap PDI Perjuangan pun kerap ikut-ikutan mencerca. “Saya melihat seakan ada cercaan yang terpola terhadap setiap kerja besar PDI Perjuangan,” ujar Haryadi, Senin (13/4/2015).
Latar belakang para pencerca, sebut Haryadi, cukup beragam. Mulai dari elemen kekuatan anti-partai, atau elemen pesaing dari partai lain, hingga elemen intelektual instan. Dia memastikan, pola cercaan semacam itu sudah berlangsung sejak orde reformasi 1999.
“Tepatnya sejak PDI Perjuangan selalu menjadi kekuatan partai yang utama di Indonesia. Menariknya adalah, semakin dicerca semakin terkonsolidasi pengorganisasian internal PDI Perjuangan,” katanya.
Dia tak memungkiri bahwa PDI Perjuangan mungkin merupakan satu-satunya partai di Indonesia sekarang yang memiliki mekanisme kelembagaan mengakomodasi konflik internal partai dan menyelesaikannya secara damai.
Semua mekanisme kelembagaan itu dikelola dengan wibawa kepemimpinan Megawati. Dengan demikian, dia memastikan, sesungguhnya tak ada yang perlu dirisaukan secara berlebih dari cercaan-cercaan itu.
“Walau demikian, kepengurusan baru PDI Perjuangan tetap perlu menyaring dan memetakan secara obyektif terhadap kritik yang sifatnya konstruktif,” ucapnya. (pri/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS