SUARA tangis pecah dari rumah di samping Sekretariat DPD PDI Perjuangan Jatim, Jl Kendangsari Industri 57 Surabaya, menyusul kabar meninggalnya pejuang senior partai, Sidonugroho, Minggu (11/1/2015) petang.
Pria yang akrab disapa Lepek (alas cangkir) itu mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Soewandi Surabaya. Kadar gula tinggi di tubuhnya menyebabkan komplikasi. Beberapa saat sebelumnya, usai upacara peringatan HUT PDI Perjuangan ke 42, Sabtu (10/1/2015) kondisinya menurun dan dilarikan ke rumah sakit.
Dari rumah sakit, jenazah dibawa ke DPD. Disucikan, lalu dishalati. Jenazah dikebumikan di pemakaman umum Keputih, Sukolilo tepat pukul 23.00. Puluhan kader dan simpatisan partai mengiringi kepergian jenazah.
Sejumlah pengurus DPD nampak mengiring kepergian jenazah. Di antaranya Sekretaris DPD Kusnadi, Wakil Ketua Bidang AI Rieni Sulistyo, dan Wakil Sekretaris Internal SW Nugroho. Nampak juga Ketua DPRD Surabaya Armuji, Ketua Fraksi Sukadar, dan anggota Komisi D Baktiono. “Satu demi satu pergi,” kata Kusnadi sembari menarik nafas panjang.
Di kalangan keluarga besar PDI Perjuangan Jawa Timur, nama Lepek cukup populer. Almarhum adalah “legenda” hidup bagaimana wong cilik berpartai. Teguh mengemban ideologi hingga akhir hayat.
Di awal 90-an, ketika PDI dibelah pemerintahan orde baru, Lepek melebur dalam barisan pendukung Pro Mega. Aksi fenomenal Lepek bersama wong cilik lainnya saat PDI menggelar kongres di Sukolilo Surabaya menjadi cerita yang akrab terdengar di keluarga besar PDI Perjuangan.
Gedung tempat kongres ketika itu dijaga ketat tentara. Sementara massa rakyat ingin mengikuti kongres dan bertemu langsung dengan Megawati Soekarnoputri yang berada di dalam gedung. Ketegangan terjadi. Massa memaksa masuk. Sementara penjagaan tak dikendorkan. Bentrokan tak terhindarkan.
“Lepek termasuk salah satu yang mendobrak penjagaan. Ia menabrakkan becaknya,” kenang Narto, rekan almarhum di DPD. (her)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS