Sabtu
19 April 2025 | 9 : 39

RS Pemkot Surabaya Harus Dukung Program Kota Wisata Kesehatan

pdip jatim - Agustin Poliana1

pdip jatim - Agustin Poliana1SURABAYA – Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Agustin Poliana mendesak pemerintah kota menyediakan peralatan kesehatan yang memadai dengan fasilitas lengkap, khususnya peralatan untuk menangani penderita stroke. Hal ini untuk mendukung pencanangan Surabaya sebagai Kota Wisata Kesehatan.

Menurut Agustin Poliana, seharusnya pemerintah tidak hanya mempromosikan rumah sakit (RS) swasta dalam pencanangan Surabaya sebagai Wisata Kesehatan. RS milik Pemerintah Kota Surabaya, kata politisi PDI Perjuangan itu, juga perlu menjadi perhatian, dan siap mendukung Surabaya program tersebut.

“Jangankan untuk melayani pasien dari luar surabaya. Untuk masyarakat Surabaya sendiri, RS milik pemkot belum bisa mengatasi,” kata Agustin Poliana, saat hearing dengan jajaran Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Rabu (6/5/2015).

Saat ini, sebut Titin, sapaan Agustin Poliana, peralatan kesehatan yang memadai untuk penyakit berat, ada di RSU Dr Soetomo. Sementara di RS pemkot belum lengkap.

Pasien yang penanganannya memerlukan peralatan seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi tumor di otak misalnya, ujar Titin, selalu dirujuk ke Dr Soetomo. Akibatnya, ungkapnya, pasien menumpuk dan tidak cepat tertangani.

Demikian juga untuk cuci darah, tambah Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya itu, banyak pasien yang tidak tertampung di RS Pemkot, sehingga banyak yang dirujuk ke RS swasta seperti RSI, Al-Irsyad, RS Haji, atau RS swasta lainnya.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menegaskan, Kota Surabaya siap menjadi tempat rujukan bagi penderita stroke. Dari 61 rumah sakit di Surabaya, baik milik pemkot maupun swasta, sebut Febria, semua sudah memiliki peralatan untuk menampung penderita stroke.

Dia mencontohkan RSUD dr Soewandhie yang sudah menyiapkan unit khusus stroke atau ruang khusus untuk menangani penderita stroke. “Dengan adanya unit khusus ini, penanganan bagi penderita stroke bisa tertangani secara intensif, tidak dicampur dengan pasien penderita sakit lainnya,” jelasnya.

Sedangkan untuk dokter yang khusus menangani penyakit dalam, atau ahli bedah saraf, jumlahnya masih ada satu. “Tapi Insya Allah meskipun masih ada satu, saya yakin bisa menangani dalam ini,” katanya.

Saat ini, tambah dia, penderita stroke di Surabaya masih terbilang rendah, yakni 0,7 persen dibandingkan tingkat nasional yang mencapai 15,4 persen potensi penderita stroke. (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

KRONIK

Bupati Sugiri Tinjau Jembatan Ambrol, Juli atau Agustus Bisa Dibangun

PONOROGO – Ambrolnya Jembatan Mingging di Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, pada 28 Maret lalu, mendapatkan ...
KABAR CABANG

DPC Tulungagung Terima Kunjungan Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah

TULUNGAGUNG – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Tulungagung menerima kunjungan Mahasiswa ...
KRONIK

Konsisten, Banyuwangi 13 Tahun Berturut-turut Raih WTP

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kembali menunjukkan kinerja positif pengelolaan keuangan ...
KRONIK

Menu Makanan Bergizi Gratis di Pamekasan Disorot, DPRD Jatim Minta Perbaikan

PAMEKASAN – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menjadi sorotan setelah ...
EKSEKUTIF

Bupati Yani Bersyukur Pemkab Gresik Raih Opini WTP 10 Kali Berturut-turut

GRESIK – Pemerintah Kabupaten Gresik kembali mencatatkan prestasi gemilang dalam pengelolaan keuangan daerah. ...
KABAR CABANG

Soroti Parkir Berlangganan, DPC Tulungagung Beri Catatan Kritis untuk DPRD dan Pemkab

TULUNGAGUNG – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Tulungagung menyoroti Rancangan Peraturan Daerah ...