SURABAYA – Puncak perayaan tahun baru Imlek atau Cap Go Meh digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di halaman balai kota, Rabu (12/2/2025).
Wali Kota Eri Cahyadi menjelaskan bahwa perayaan tersebut dihadiri ribuan masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang etnis yang menjadi bukti Surabaya merupakan kota toleransi yang menjadi rumah bagi seluruh elemen masyarakat.
“Saya ingin sampaikan bahwa acara Cap Go Meh hari ini, yang tadi budayanya antar nusantara yang menampilkan Indonesia, ada suku Jawa, Aceh dan juga ada Tionghoa. Ini membuktikan bahwa Kota Surabaya adalah kota toleransi,” kata Eri.
Perbedaan latar belakang kultur, budaya, etnis yang ada di Kota Surabaya, menurutnya, justru menjadi sebuah pemersatu bagi masyarakat.
“Jadi saya berharap Surabaya ini dengan kultur yang luar biasa akan saling menguatkan yang satu dengan yang lainnya,” ujarnya.
Pada perayaan Cap Go Meh tersebut juga dilakukan pemberian penghargaan kepada para donatur yang telah melibatkan diri dalam program bibit unggul 1 KK 1 sarjana yang dilaksanakan Pemkot Surabaya.
Program bibit unggul 1 KK 1 sarjana merupakan salah satu inovasi dari Pemkot Surabaya agar indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Pahlawan dapat meningkat.
“Seperti kita ketahui ada satu keluarga miskin, satu sarjana. Ada sekitar 164 orang yang semua orangtua asuhnya berdiri di depan. Ada pengusaha yang tadi berasal dari etnis Tionghoa. Saya bangga betul sampai hingga tidak bisa mengungkapkan kalimat apapun, hanya bisa meneteskan air mata,” ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut.
Harapannya dengan pemberian penghargaan tersebut bisa memotivasi warga Surabaya untuk melakukan hal yang sama, yaitu saling membantu dan gotong royong.
“Karena ternyata semua suku yang ada di Surabaya ini saling menguatkan, saling membantu. Inilah budaya arek Suroboyo,” pungkasnya. (gio/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS