WINA – Ketua DPR RI Puan Maharani didaulat menjadi salah satu panelis dalam ‘13th Summit of Women Speakers of Parliament’ di Wina, Austria, Senin (6/9/2021).
Puan diminta menjadi panelis karena perannya dalam komite persiapan yang bertugas menyiapkan substansi pertemuan para ketua parlemen perempuan dunia tersebut.
Bersama 4 ketua parlemen negara lain, Puan memimpin jalannya forum yang bertema ‘Women at The Centre: From Confronting The Pandemic to Preserving Achievement in Gender responsive Recovery’.
Sementara itu, pada hari yang sama Puan Maharani genap berusia 48 tahun. Tidak ada perayaan khusus untuk perempuan kelahiran Jakarta 6 September 1973 ini.
Hanya ucapan selamat dari keluarga di tanah air lewat sambungan telepon, dan ucapan langsung dari sesama delegasi dan staf DPR yang ikut bertugas.
Dalam forum tersebut, Puan menyatakan dukungan terhadap akses dan peran perempuan yang lebih besar dalam penanganan pandemi Covid-19.
Dia menyampaikan, peringkat vaksinasi Indonesia yang berada di ranking ke-7 dunia, juga tidak terlepas dari peran perempuan yang menjadi tenaga kesehatan dan vaksinator.
“Kami mendorong terus pemerataan vaksin secara cepat kepada seluruh rakyat. Di Indonesia tingkat vaksin pertama dan kedua telah mencapai 100 juta (penyuntikan),” kata Puan.

Sebelumnya pada sesi ‘Women on The Pandemic: A Tribute to Every Day Heroes’, para peserta menyampaikan pandangan pro dan kontra terkait tema apakah perempuan yang bekerja di garda terdepan selama pandemi Covid-19 lebih efektif dalam memberikan perawatan dan pelayanan dibandingkan laki-laki di bidang yang sama.
Dalam isu ini, Puan menyatakan kontra. Sebab, menurutnya, kesetaraan gender dapat dicapai dengan partisipasi dan dukungan seluruh elemen masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki.
“Kita tidak perlu mengkontradiksi peran salah satunya, perempuan atau laki-laki. Asumsi bahwa perempuan lebih baik dari laki-laki di garis terdepan akan dipersepsikan laki-laki kurang kompeten,” jelasnya.
Menurut Puan, yang dibutuhkan saat ini adalah akses yang sama antara perempuan dan laki dalam menangani pandemi Covid-19, dan semua harus diberi kesempatan berdasar merit atau kemampuannya.
“Kita perlu kebersamaan, solidaritas dan kolaborasi dalam penanganan pandemi, karena skala pandemi yang besar,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan ini.
“Kita tidak perlu kompetisi antara laki dan perempuan untuk berperan di masyarakat,” lanjut dia.
Puan mengakui, perempuan telah memberi kontribusi besar dalam mengatasi pandemi. Tidak hanya di Indonesia, perempuan mewakili hampir 70 persen garda terdepan layanan kesehatan di dunia, dan sebagian besar bekerja sebagai perawat.
“Tanpa keterlibatan perempuan, respons kita terhadap pandemi akan lebih lambat,” ujar Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia ini. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS