JAKARTA — Presiden Joko Widodo menyampaikan dukacita atas berpulangnya pengacara gaek Adnan Buyung Nasution. “Innalillaahi Wainna Ilaihi Rojiun. Saya sampaikan duka cita atas meninggalnya bang Adnan Buyung Nasution,” kata Presiden melalui pesan singkat yang dikirim Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Rabu (23/9/2015).
Presiden Jokowi melihat Adnan Buyung adalah seorang tokoh panutan, tokoh bangsa, pejuang hak asasi manusia yang gigih, berani, dan berintegritas tinggi. “Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya. Amin,” ujarnya.
Adnan Buyung meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (23/9/2015) sekitar pukul 10.15 WIB, pada umur 81 tahun. Kabar tutup usianya pengacara senior itu diterima Jokowi saat mendarat di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Adnan, yang nama kecilnya Adnan Bahrum Nasution, lahir di Batavia, 20 Juli 1934. Sejak muda dia sudah menjadi aktivis dan berkiprah di bidang hukum. Pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) itu menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bagian Hukum tahun 2007-2009.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, Presiden Jokowi tidak bisa melayat ke rumah duka karena sedang kunjungan kerja, mengkoordinasikan pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan Selatan dan melanjutkan ke Medan dan Sinabung.
Menurut Teten, presiden memiliki hubungan emosional dengan Buyung. Selama masa kampanye pemilihan presiden 2014 lalu, keduanya sering terlibat pertemuan dan diskusi.
“Sehingga antara Pak Presiden dengan Pak Adnan Buyung Nasution punya hubungan emosional, punya kesamaan pikiran. Pak Presiden respect atas apa yang dilaksanakan Bang Buyung untuk kemajuan HAM di Indonesia,” ujar Teten.
Terpisah, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Junimart Girsang menilai sulit menemukan figur yang teguh pendirian layaknya almarhum Adnan Buyung Nasution. “Sulit temukan figur seperti beliau. Butuh 50 tahun mungkin untuk menemukannya lagi,” kata Junimart kepada wartawan di Jakarta.
Junimart memandang Adnan Buyung Nasution adalah sosok yang memiliki sikap dan tidak bisa didikte siapapun. Hal itu, kata dia, terbukti kala Adnan Buyung menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
“Pak Adnan itu tidak bisa didikte. Dia punya sikap dan seorang petarung. Beliau selalu ingin hal-hal baru,” ujar anggota Komisi III DPR tersebut.
Sepengetahuan Junimart, Adnan Buyung di balik keseriusannya dalam menggeluti profesi, tetaplah orang yang selalu memiliki waktu menikmati hidup. (goek/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS