BANYUWANGI – Nama Banyuwangi menjadi daerah kabupatentidak lepas dari peristiwa heroik perang Puputan Bayu, di Desa Bayu, KecamatanSonggon. Kala itu, 18 Desember 1771, para pejuang Blambangan menggelar peranghabis-habisan (puputan) melawan Belanda, di lereng timur Gunung Raung.
Belanda menemui kekalahan hebat, meski banyak pejuang Blambangan gugur. Momen bersejarah itulah ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi melalui Perda yang ditetapkan DPRD Banyuwangi tahun 1995
Kini, Banyuwangi telah berusia 247 tahun. Mengenang peristiwa tahun 1771-1772 tersebut, ratusan warga mengikuti Napak Tilas Puputan Bayu di Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Minggu (16/12/2018).
Ratusan warga ini berjalan dengan mengikuti jejak para pahlawan. Diantara ratusan warga, nampak hadir Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan jajaran SKPD. Anas berbaur dengan warga dengan berjalan hingga Wana Wisata Rowo Bayu.
Anas mengajak masyarakat untuk memaknai napak tilas Puputan Bayu sebagai spirit bagi warga Banyuwangi untuk memperjuangkan kemajuan Banyuwangi di masa depan. “Dulu para pahlawan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kini tugas kita yaitu memperjuangkan kemajuan Banyuwangi,” ungkapnya.
Napak tilas itu, tambah Anas, ibarat penghubung antaramasa lalu, masa kini dan masa depan. “Jangan lupakan sejarah. Hal-hal dimasa lalu yang bagus, terus kita kembangkan. Program masa lalu yang bagusditambah dengan program inovasi di masa kini, akan membuat Banyuwangiberkembang menjadi lebih baik,” sambungnya.
Menurut Anas, tahun 2018 juga menjadi tahun yang sangat spesial bagi Banyuwangi setelah ditetapkannya sebagai Kabupaten Paling Inovatif di Indonesia. Salah satu hadiahnya yaitu penerbangan Internasional Kuala Lumpur-Banyuwangi.
“Masih banyak pula prestasi lain yang berhasil Banyuwangi sejak awal tahun kemarin. Untuk itu, napak tilas ini harus kita jadikan momen untuk terus berkarya bagi Banyuwangi,” pinta Anas.
Sementara itu, Rowo Bayu sebagai tempat napak tilas dipilih karena pada tahun 1771 hingga 1772, tempat itu menjadi saksi bisu kegigihan rakyat Blambangan yang dipimpin Pangeran Rempeg Jogopati, Patih Jaga Lara, Sayu Wiwit mempertahankan tanah airnya dari gempuran penjajah. Bangsa Belanda meyakini perang ini sebagai perang yang paling kejam dan meminta banyak korban jiwa. Rangkaian perjuangan itulah yang kemudian menjadi momentum lahirnya Kabupaten Banyuwangi, tepatnya pada 18 Desember 1771. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS