SURABAYA – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur mendesak pemerintah provinsi memfasilitasi diadakannya pendidikan informal berbasis budaya lokal. Misalnya Pusat Studi Reog, atau Pusat Sekolah Batik.
“Selama ini kami belum menemukan kearifan lokal yang khas Jawa Timur, dari sisi umum kependidikan maupun secara khusus implementasi kesekolahan,” kata Sumiati, anggota Fraksi PDI Perjuangan, Jumat (22/8/2014).
Menurut Sumiati, beberapa sentra batik di Jawa Timur telah memiliki hak paten tentang corak khasnya. Seperti Mojokerto dengan motif Mrica Bolong, Sisik Gringsing, Rawan Inggek, Preng Sedapur, dan motif Koro Renteng. Di Madura terdapat motif Sessek, Ramok, Rawan, Carcena, Memba, Panji, Napasir, Katupat, Kembang Pot, Pereng Basa, Truki Melati, dan Okel.
Sedangkan di Tuban terdapat motif spiritual dan religius seperti kijing miring, ganggeng, kembang randu, kembang waluh, melati selangsang, satriyan, likasan kothong, panjiori, kenongo uleren, panji krentil, pariji serong, dan panji konang. “Bahkan tiga motif batik terakhir dahulu kala konon hanya dipakai kalangan pangeran. Serta batik motif panji krentil berwarna nila justru diyakini bisa menjadi peyembuhan penyakit,” jelasnya.
Begitu pula sekolah formal dengan kearifan lokal berbasis sumber daya alam, misalnya Politeknik Perminyakan, Politeknik Tanaman Tembakau, serta Politeknik Batuan Mineral (dengan program studi Semen, Dolomit dan Zeolit). “Kita ketahui banyak daerah kita banyak mengandung tiga batuan mineral yang sangat strategis dalam perekonomian. Pada sisi lain, beberapa Pemerintah Kabupaten telah sukses mendirikan politeknik negeri,” jelas Sumiati.
Melalui Perda tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang disahkan dalam rapat paripurna DPRD Jatim hari ini, imbuh dia, Fraksi PDI Perjuangan berharap segera ditindaklanjuti dengan peraturan gubernur (pergub). Dengan demikian, ke depan akan muncul banyak kearifan lokal tersebut. (pri)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS