JAKARTA – PDI Perjuangan terus membuat terobosan untuk membantu peningkatan perekonomian rakyat. Terbaru, PDI Perjuangan mendorong pengembangan peternakan sapi rakyat lewat Program Gelora Indonesia Berdaulat di Bidang pangan.
Adapun temuan riset yang ditawarkan adalah revolusi pakan atau nutrisi sapinya. Dr David, salah satu periset di Laboratorium Ekonomi Gotong-Royong/Sekolah Lapang Pertanian DPP PDIP di Kecamatan Cariu Jawa Barat, menjelaskan pihaknya sudah melakukan riset sejak 2016.
Riset dilakukan untuk bisa menemukan daging sapi merah, tak berbau, lemaknya tipis dengan total lemak 2 persen, karakternya marbling, dan proteinnya dinaikkan serta kolesterol diturunkan.
“Sehingga gula darah serta kolesterol turun, kotorannya tidak berbau; intinya menghasilkan daging yang berkualitas tinggi,” papar David, dalam forum group discussion (FGD) yang dilaksanakan secara hybid dengan tema “Penggemukan Sapi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan” di kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (14/7/2022).
Pihaknya lalu melakukan berbagai percobaan dan akhirnya berhasil menemukan aplikasi teknologi serta cara yang bisa menghasilkan produk lebih baik dengan biaya yang minim. Sehingga secara ekonomis, bisa dijalankan oleh siapapun.
“Dengan bibit sapi Bali, kami melakukan treatment teknologi nurisi pakan sapi. Kotorannya bahkan tak perlu diaplikasikan apa-apa lagi karena langsung bisa menjadi pupuk yang sangat bagus untuk tanaman. Kami sudah ujicobakan ke tanaman padi di Pemalang,” bebernya.
Lewat aplikasi nutrisi, pihaknya juga berhasil menemukan cara bagaimana dengan sapi yang berumur 9 tahun, bisa melahirkan dalam waktu 7 bulanan saja. Padahal yang biasa, breeding bisa memakan waktu 9 bulanan.
Pihaknya juga sudah melakukan ujicoba untuk penggemukan sapi dengan aplikasi nutrisi tersebut. Hasilnya juga sangat baik.
“Kotorannya juga tak berbau, sehingga tak perlu takut mengganggu tetangga. Kami mendorong agar kotoran diproses berbentuk briket atau pelet sebelum dijadikan pupuk tanaman. Dengan cara ini, beternak tak perlu lama, baik breeding, penggemukan, sehingga kedaulatan pangan bisa berlanjut,” kata David.
Periset lainnya, yakni Drh. Ganis Harsanto Ahmadiningrat yang juga Dewan Penasehat Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, menyatakan riset lapangan menunjukkan bahwa semuanya mungkin jika riset dan kegiatan inovasi yang cermat dan sungguh-sungguh.
Kata Ganis, lewat formulasi pakan yang tak biasa, ternyata bisa ketemu waktu penggemukan lebih pendek dengan volume daging lebih padat. Sehingga kualitas produksi dan biaya menjadi lebih rendah.
Prosedurnya juga tak rumit, sehingga bisa diduplikasi di banyak tempat. “Kami menemukan, bahwa bahkan masa bunting sapi bisa diperpendek dengan revolusi pakan ini. Ini revolusioner dan mampu kita lakukan untuk memperbanyak dan melipatgandakan hasil daging,” kata Ganis.
“Bagi kami hal ini akan sangat membantu Indonesia dalam menghadapi misalnya masalah stunting yang berkaitan dengan masalah pangan,” sebutnya.
Dalam FGD tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanyo hadir di kantor DPP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, bersama Wabendum Rudianto Tjen, dan para Ketua DPP PDIP. Di antaranya Mindo Sianipar, Ahmad Basarah, dan Wiryanti Sukamdani.
Hasto Kristiyanto mengatakan temuan ini merupakan salah satu program konkret yang ditawarkan PDI Perjuangan, wujud PDIP membawa solusi untuk rakyat. Menurutnya, pada Idul Adha lalu, daging sapi Bali hasil temuan pihaknya itu sudah diujicobakan.
“Chef sudah mengolah daging sapi bali ini dan ternyata hasilnya luar biasa gurih. Untuk yang usia berumur, dipastikan makan daging hasil olahan ini takkan sakit giginya. Urat dagingnya juga bagus,” jelas Hasto.
Pihaknya berharap bahwa gerakan yang diinisiasi PDIP ini bisa mendorong semua pihak untuk secara serentak mengembangkan peternakan berbasis bibit lokal.
“Jangan sampai nanti keunggulan bibit sapi lokal ini diambil oleh Australia, misalnya, dan mereka kembangkan di sana,” ujar Hasto.
Selanjutnya, Hasto menyatakan pihaknya akan mendorong kepala daerah dari PDI Perjuangan mengembangkan sapi Bali ini dengan cara modern, namun menjaga kemurniannya.
Salah satu caranya adalah mendorong para kepala daerah itu segera mendirikan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brinda) di wilayah masing-masing. Nantinya kantor riset itu yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat untuk makin memperdalam langkah serta cara pengembangan pangan ini.
“Sehingga pada G20 nanti sapi Bali bisa going global. Jadi kita jangan bangga kalau masih impor sapi dari Australia dan India. Namun bagaimana nanti kita ekspor daging sapi Bali, yang bisa dikembangkan di seluruh wilayah di Indonesia, menggerakkan ekonomi rakyat mengedepankan riset dan inovasi,” urai Hasto.
Ketua Bidang Koperasi dan UMKM DPP PDI Perjuangan Mindo Sianipar mengatakan pihaknya siap membantu warga masyarakat yang tertarik mengembangkan penggemukan sapi bali.
Menurut anggota DPR RI dari dapil 8 Jatim ini, PDI Perjuangan siap memberi bantuan konsultasi khususnya terkait skala ekonomi program itu.
“Peternakan sapi ini tentu ada skala ekonominya. Sehingga ada cara-cara gotong royong rakyat untuk bisa melaksanakan program penggemukan ini. Silakan hubungi kantor PDI Perjuangan bidang kerakyatan,” kata Mindo. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS