Senin
09 Desember 2024 | 9 : 02

Optimisme Mewariskan Pancasila…

pdip-jatim-ilustrasi-pancasila

JAKARTA – Sebagian masyarakat Indonesia saat ini dinilai telah kehilangan jati dirinya. Pancasila sebagai dasar negara tidak lagi dihayati dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Akibatnya, tindakan-tindakan yang mengarah pada perpecahan semisal fitnah, ujaran kebencian, hingga kabar bohong sangat mudah muncul dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya di media sosial.

Bahkan, muncul juga sentimen suku, ras, agama dan antargolongan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Presiden Joko Widodo yang juga aktif menggunakan media sosial turut merasakan fenomena ini. Ia kerap geleng-geleng kepala setiap melihat isi komentar dan perdebatan di media sosial.

Saat berpidato di berbagai kesempatan, kepala negara meminta masyarakat untuk berhenti saling menghujat dan saling menjelekkan. Tidak puas hanya sekedar memberi imbauan, Presiden Jokowi membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017.

Unit yang berada langsung dibawah Presiden ini akan bertugas untuk membantu menghidupkan kembali nilai-nilai pancasila dalam bermasyarakat.

Jokowi memastikan produk dari UKP PIP ini tidak sama dengan program penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) seperti era Orde Baru.

Sifat program ini bukan indoktrinasi, melainkan sosialisasi yang lebih disesuaikan dengan perkembangan zaman serta kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

“Kami sih ingin penyampaiannya yang kekinian, tak lagi indoktrinasi,” ujar Jokowi dalam wawancara khusus dengan tim Kompas.com di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/6/2017).

Bentuknya beragam, misalnya berupa video di Facebook atau video blog di Youtube hingga berbentuk komik. Tujuannya, supaya penghayatan nilai-nilai luhur Pancasila bisa diterima oleh seluruh elemen, khususnya kalangan muda.

“Sehingga anak-anak muda ini bisa terangkul dengan baik dengan adanya program-program ini,” ujar Jokowi.

Formasi senior

Meski tugas unit tersebut menarget anak-anak muda, Jokowi masih mempercayakan posisi Dewan Pengarah UKP PIP dipimpin oleh tokoh-tokoh senior alias generasi tua. Sebut saja, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (70 tahun) dan Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno (81 tahun).

Selain itu, ada mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif (82 tahun), Ketua Umum PBNU Sa’id Aqil (63 tahun), Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin (74 tahun), dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (60 tahun).

Ada pula tokoh mewakil agama Kristen Protestan Andreas Annangguru Yewangoe (72 tahun), tokoh mewakili agama Hindu Wisnu Bawa Tenaya (59 tahun) dan tokoh mewakil agama Budha Sudhamek (61 tahun).

Jika dirata-ratakan, usia Dewan Pengadah mencapai 69 tahun. Sementara, Yudi Latif yang dipercaya sebagai Kepala UKP-PIP berusia 52 tahun.

Optimis

Di tengah sorotan atas gap formasi senior dan tantangan kekinian itu, Eksekutif UKP-PIP Yudi Latif optimis pihaknya tetap mampu menghasilkan program yang bersifat kekinian dan mampu diterima masyarakat zaman sekarang, khususnya anak muda.

Sebab, jajaran Dewan Pengarah hanya memberikan arahan soal bagaimana nilai-nilai Pancasila sebagaimana yang diwariskan oleh pendiri bangsa.

“Sementara itu, implementasinya di saya, di eksekutif,” ujar Yudi usai dilantik di Kompleks Istana Presiden, Rabu (7/6/2017).

Sebagai eksekutif, Yudi akan dibantu sejumlah deputi serta para tenaga profesional. Yudi sudah pasti akan memilih deputi dan tenaga profesional yang dinilai mampu mensosialisasikan nilai-nilai luhur Pancasila dengan cara yang kekinian, sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.

Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP Andreas Anangguru Yewangoe menambahkan, publik jangan melihat kesembilan Dewan Pengarah berdasarkan usianya. Publik juga harus melihat dari sisi cara berpikir mereka.

“Tidak usah dilihat dari mereka sepuh. Tapi lihat juga cara berpikir mereka, saya kira kami ini tidak akan statis dan akan selalu mengaktualisasikan diri. Jadi usia tidak jadi soal,” ujar Andreas.

Dewan Pengarah justru akan sangat mendukung sosialisasi nilai-nilai Pancasila dengan cara-cara kekinian dan dapat menyentuh masyarakat zaman sekarang. Meski demikian, apa bentuk sosialisasi itu, Andreas belum bisa menyampaikannya karena mesti disepakati dalam rapat bersama terlebih dahulu.

“Yang jelas bentuknya berbeda dengan P4. Akan lebih luwes. Nanti lihat saja implementasinya akan bagaimana,” ujar Andreas.

Pertemuan dua generasi

Pelaku industri digital di Indonesia Shafiq Pontoh mengapresiasi langkah pemerintah dalam mensosialisasikan kembali nilai Pancasila dengan cara-cara yang kekinian. Sebab, ia mengakui penghayatan Pancasila masyarakat memang sudah luntur sehingga gairahnya harus dibangkitkan kembali dengan cara-cara yang out of the box.

Namun, sebelum mengarah ke sana UKP-PIP disarankan memiliki pemahaman terlebih dahulu soal karakter media sosial yang ‘booming’ di Indonesia. Dengan begitu, kampanye Pancasila di lini massa bisa tepat sasaran dan efektif.

“Nah kalau boleh urun saran, saya berharap sosialisasi nilai Pancasila yang kekinian sekarang mulai mengurangi yang sifatnya jargon-jargon dan justru harus memperbanyak contoh serta aplikasi di masyarakat,” ujar Shafiq kepada Kompas.com, Rabu malam.

“Jargon yang saya maksud misalnya poster berisi kalimat-kalimat dan yang sejenis itu, jangan. Perbincangan nilai luhur Pancasila harus masuk ke sinetron, obrolan di radio, unggahan-unggahan di media sosial, termasuk bagaimana contohnya bisa dilaksanakan di sekolah,” lanjut dia.

Dalam konteks sekarang, masyarakat perlu diberikan contoh soal mengelola keberagaman rakyat Indonesia.

“Pemerintah perlu menunjukan bahwa Indonesia ini beragam dan rakyatnya itu bisa hidup berdampingan walau berbeda-beda latar belakang. Kasih contoh bersahabat dengan agama lain dan suku lain it’s okay, kita masih tetap bisa bersama walau berbeda,” ujar Shafiq.

Tentang formasi senior UKP-PIP sendiri, Shafiq justru mengapresiasi direkrutnya tokoh senior. Ia optimistis mereka mewujudkan sosialisasi Pancasila seperti yang diharapkan Presiden Jokowi, yakni dengan cara kekinian.

Shafiq menyebut, Dewan Pengarah yang berlatar belakang tokoh senior akan bertemu dan berdinamika dengan para pelaksana yang pasti akan diisi oleh tokoh-tokoh muda. Kolaborasi ini diyakini mampu membumikan Pancasila kembali.

“Ini menjadi pertemuan dua generasi. Mereka yang sudah ngelotok betul soal Pancasila lalu bertemu dengan generasi yang lebih muda. Ini seperti mewariskan Pancasila dari generasi ke generasi. Pasti akan ada dinamika yang orientasinya positif dan generasi sekarang akan menangkapnya dengan bahasa sendiri untuk diwariskan lagi ke generasi selanjutnya sehingga Pancasila itu abadi,” ujar Shafiq. (kompas)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

KRONIK

Nia Kurnia Fauzi Beri Apresiasi Perwosi Sumenep Raih 2 Medali Porwaprov Petanque Jatim 2024

SUMENEP – Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) Kabupaten Sumenep meraih 2 medali dari kejuaraan ...
MILANGKORI

Konsisten Sambangi Rakyat Lewat Subuh Keliling, Sanusi Hibahkan Dana 20 Juta untuk Masjid

MALANG – Subuh Keliling, program rutin Bupati HM Sanusi di Kabupaten Malang, terus digulirkan. Terbaru, kegiatan ...
EKSEKUTIF

Pemkot Surabaya Bakal Integrasikan Program Padat Karya dengan Kampung Unggulan

SURABAYA – Pemkot Surabaya terus mengembangkan Program Padat Karya sebagai upaya strategis untuk mengentaskan ...
SEMENTARA ITU...

Bupati Kediri Tanggung Kebutuhan Bocah Korban Selamat Kasus Pembunuhan Satu Keluarga

KEDIRI – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana memberikan pendampingan korban selamat dari kasus pembunuhan satu ...
KRONIK

Antisipasi Dampak PPN 12 Persen, Said Ingatkan Pentingnya Kebijakan Mitigasi Komprehensif

JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah, meminta pemerintah menerapkan kebijakan mitigasi ...
SEMENTARA ITU...

Mbak Estu Datangi Lokasi Avour Jebol di Watudakon, Korban Tenggelam 2 Hari Ditemukan

JOMBANG – Anggota Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Sadarestuwati, mengunjungi lokasi banjir akibat ...