GRESIK – Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi PDI Perjuangan Nila Yani Hardiyanti, mengajak para pelaku fesyen lokal untuk bersama-sama membendung maraknya thrifting atau penjualan pakaian bekas impor yang kian membanjiri pasaran.
“Di Kabupaten Gresik ini memiliki kriya yang tidak kalah dengan produk luar negeri, seperti Tenun Wedani, Batik Naga Giri, dan berbagai kriya lainnya. Bahkan Pemerintah Kabupaten Gresik mewajibkan para ASN memakai batik setiap hari Kamis,” ujarnya, Selasa 2 Desember 2025.
Hal tersebut disampaikan saat Anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut membuka Workshop Branding Sub Sektor Fesyen di GNI, Gresik. Nila sapaan akrabnya menjelaskan bahwa salah satu pemahaman penting bagi pelaku fesyen adalah konsep “stylish”.
Artinya, kemampuan seseorang menciptakan gaya personal yang menarik, harmonis, dan unik melalui perpaduan pakaian, aksesori, dan elemen kreatif lainnya. Workshop branding subsektor fesyen bertujuan memperkuat kapasitas pelaku usaha lokal dalam membangun merek produk mereka.
Program ini berfokus pada strategi pemasaran, penguatan identitas budaya, serta pemanfaatan digitalisasi untuk meningkatkan daya saing produk di pasar nasional maupun global. Dengan demikian, produk fesyen lokal diharapkan memiliki nilai tambah dan cerita unik yang mampu membedakannya dari produk lain, termasuk impor.
Adik Bupati Gresik itu mendorong para pelaku fesyen dan desainer di Kabupaten Gresik agar semakin aktif berkarya dan menghidupkan kreativitas lokal.
“Kreativitas para desainer harus digaungkan lebih kencang agar rasa memiliki masyarakat Gresik terhadap karya kreatif lokal bisa tumbuh dan terstimulasi,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti bahwa produk thrifting bukan bagian dari kultur lokal. Kultur Jawa misalnya, dengan identitas yang kuat harus semakin diperkuat.
“Jadi ketika produk pakaian bekas dari luar negeri masuk, bukan berarti tidak ada yang ingin membeli, tetapi setidaknya masyarakat punya pilihan untuk memilih karya lokal,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Kementerian Ekonomi Kreatif, Amir Hamzah, menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya mencari talenta-talenta baru di bidang ekonomi kreatif.
“Untuk menemukan talenta baru, kami mengikutsertakan pelaku ekonomi kreatif di Gresik tidak hanya untuk mengenalkan desain fesyennya, tetapi juga aspek teknologinya,” ujarnya.
Amir menekankan bahwa pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan nilai suatu produk, sehingga memberikan keuntungan lebih bagi para pelaku ekonomi kreatif.
“Bagi pelaku ekonomi kreatif, kunci untuk bersaing adalah berani bekerja keras, sustainable, konsisten, dan yang paling penting: kreatif,” tandasnya.
Sekadar diketahui, dalam workshop tersebut juga dihadiri Plt Kabid Koperasi dan Usaha Mikro Diskoperindag Gresik, Rian Pramana Suwanda dan Riris Ghofir owner Java Moslem Fashion sekaligus sebagai narasumber. (mus/hs)