INI zaman narsis. Tapi tak semua orang turut larut eksis. Buktinya, seorang warga Surabaya pendukung Jokowi-JK yang mengirimkan tumpeng kemenangan ke DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Senin (25/8/2014) enggan mengungkapkan jati dirinya.
Satu staf sekretariat berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lain, minta para petugas partai rehat sejenak dari kerjaan masing-masing untuk mengikuti syukuran di lobi kantor DPD. Belasan orang berkumpul mengelilingi tumpeng nasi kuning dengan bendera merah putih di pucuk gunungan nasi.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim Kusnadi SH lalu didapuk untuk memimpin doa syukuran. “Tumpeng ini sebagai bentuk syukur atas terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI ke-7. Semoga keduanya bisa amanah dalam memimpin negeri ini menuju masyarakat yang sejahtera, menuju Indonesia yang lebih baik,” kata Kusnadi. Doa lantas dipanjatkan dilanjut dengan makan bersama.
Siapa punya hajat? Banyak yang tidak mengetahui asal muasal tumpeng. Menurut seorang anggota Satgas Cakra Buana yang bertugas jaga sore itu, Misdi, tumpeng dikirim seseorang yang mengaku asal Kebraon, Surabaya. Pria itu mengatakan karyawan di salah satu pabrik rokok. “Dia mengaku sebagai pendukung Jokowi-JK. Itu saja,” katanya.
Mulanya, kata Misdi, sore itu ada mobil yang masuk ke pelataran sekretariat. Dari dalam mobil, turun pria yang ia perkirakan berusia paruh baya. Ia memanggul tumpeng. Lalu diletakkan di meja lobi. Dengan menggunakan handphone, si pria lalu memotret tumpeng tersebut. Lalu beranjak pergi tanpa menyebut namanya.
“Dia cuma bilang, tumpeng ini sebagai pelaksanaan janji yang dibuatnya beberapa waktu lalu. Dia bernazar, jika Jokowi-JK resmi menjadi presiden maka akan membuat tumpeng dan mengirimkan ke kantor PDI Perjuangan sebagai partai asal Jokowi,” cerita Misdi yang sempat menanyai tamu misterius itu.
Tindakan pria misterius yang tidak menyebutkan secara jelas identitasnya ini menjadi pemandangan langka di era narsis seperti saat sekarang. Mengingatkan masa merebut kemerdekaan, dimana tak sedikit para pejuang yang gugur tanpa diketahui identitasnya. Dan jika pun masih hidup, tak jarang pula yang hanya berdiam diri menikmati kemerdekaan dari ‘kesunyian’.
Mr X hanya seorang dari 70.997.833 pemilih yang memberikan suaranya pada pasangan Jokowi-JK 9 Juli lalu. Para pendukung seperti Mr X, yang telah sukarela, yang tak ingin dikenal dan dikenang dalam perjuangan membuat perubahan, jumlahnya tak terbilang. Namun, keberadaan mereka nyata.
Tak heran pula, Jokowi dalam sebuah pidato bertema “Saatnya Bergerak Bersama” yang disampaikan pada 22 Juli lalu mengatakan, kesukarelaan yang telah lama mati suri kini hadir kembali dengan semangat baru. Pilpres, menurutnya, telah membawa politik ke sebuah fase baru bukan lagi sebagai sebuah peristiwa politik semata-mata, tetapi peristiwa kebudayaan.
“Apa yang ditunjukkan para relawan, mulai dari pekerja budaya dan seniman, sampai pengayuh becak, memberikan harapan bahwa ada semangat kegotong-royongan yang tak pernah mati,” kata Jokowi. (her)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS