SURABAYA – Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi (Gemas’d) menggelar mimbar bebas untuk tolak politik dinasti di halaman parkir Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag), Rabu (6/12/2023).
Para mahasiswa berasal dari Untag Surabaya, Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya, serta perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), dan perwakilan BEM universitas di Jawa Timur.
Hadir juga dalam mimbar bebas tersebut, seniman Butet Kartaredjasa, seniman Eros Djarot, pegiat media sosial Alifurrahman, Aryo Seno, dan lainnya.
Dalam keterangannya kepada media, Butet Kartaredjasa menyampaikan pengalamannya mendapatkan intimidasi saat menggelar pertunjukan seni. Menurutnya, hal tersebut sudah merusak wajah demokrasi.
“Sejak 98, ketika rezim militer itu selesai, setiap saya bikin seni pertunjukan siapapun, bukan hanya saya, tidak perlu lagi ada izin yang ribet. Semua berjalan normal,” ujar Butet saat konferensi pers.
Tapi dalam pertunjukannya yang ke-41, tambah Butet, dirinya diminta untuk menandatangi surat, yang salah satu itemnya melarangnya untuk berbicara perihal politik.
“Seminggu sebelumnya saya harus menanda tangani surat yang salah satu itemnya berbunyi saya harus mematuhi tidak bicara politik. Acara saya tidak boleh ada kampanye, tidak boleh ada tanda gambar, tidak boleh ada urusan pemilu, memang tidak. Tapi saya tidak boleh bicara politik,” terangnya.
“Baru kali ini sejak 98 polisi menambahkan redaksional itu dan saya menanda tangani,” lanjut Butet.
Pada mimbar bebas tersebut para mahasiswa saling bergantian dalam menyampaikan orasinya. Seperti Presiden BEM UI, Melki Sedek Huang, yang menyampaikan, bahwa aksi di Surabaya hanyalah sebagian kecil dari aksi massa yang akan terjadi di Indonesia dalam perjuangan meluruskan demokrasi.
“Kali ini di Surabaya, hanyalah kobaran api kecil dari besarnya kobaran api kesadaran di seluruh Indonesia. Di seluruh desa-desa, hari ini tiap titik di Indonesia akan melawan, Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, semua kota di Indonesia sudah melawan,” terangnya.
“Hari ini masyarakat akan bergabung, masyarakat sipil akan berkonsolidasi. Suara rakyat adalah suara Tuhan,” tandasnya. (alfian/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS