MAGETAN – Hubungan kalangan nasionalis dan religius di Kecamatan Panekan boleh dikata bak judul sebuah lagu: teman tapi mesra. Tengok saja, seharian kemarin, setelah bersama-sama mengecat kantor MWC NU di Panekan, dilanjut pembahasan masa depan pondok pesantren dengan para kiai dan masyarakat, lalu diakhiri dengan buka puasa bersama dengan kiai dan santri.
“Ya memang seperti ini perwujudan bangsa kita sejak dulu, bersatunya nasionalis-religius,” kata Sekretaris DPC PDI Perjuangan Magetan Suyatno, Selasa (4/5/2021) soal aktifitasnya dengan para kader Partai dan warga Nahdliyin seharian kemarin.
Jika merunut sejarah bangsa ini, terang Suyatno, kedekatan kalangan nasionalis dan religus tercermin dari kedekatan hubungan antara Soekarno dengan para pendiri NU seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah.
Siang hari kemarin, Senin (3/5), sejumlah relawan Banteng binaan dari Suyatno melakukan pengecatan kantor MWC NU di Panekan. Sore harinya, dilanjutkan dengan pertemuan serap aspirasi antara Suyatno selaku legislator DPRD Magetan dengan pihak Pondok Pesantren Sabilithohirin di Dusun Joso Desa Turi.
Pada pertemuan itu, Pengasuh Ponpes Sabilithohirin, Kiai M Suroso Abdul Manan meminta kepada Suyanto dan Fraksi PDI Perjuangan untuk menginisiasi rancangan peraturan daerah tentang pondok pesantren.
“Tujuannya, jika nanti sudah menjadi Perda, (kebijakan pemerintah) benar-benar menyentuh pesantren. Dan tepat sasaran tentunya,” kata Kiai M Suroso Abdul Manan.
Suyatno menyambut baik aspirasi kiai dan santri. Ia akan meneruskan aspirasi tersebut untuk dirumuskan di tingkat fraksi, lalu diperjuangkan di tingkat dewan, dan kemudian dibahas bersama eksekutif.
“Pondok pesantren adalah salah satu pilar penjaga keutuhan NKRI. Sudah sewajarnya kami juga akan memperjuangkan aspirasi tersebut untuk lahirnya perda pondok pesantren,” pungkas Suyatno. (rud/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS