SIDOARJO – Berawal dari menanam lima untai bibit padi MSP (Mari Sejahterakan Petani), petani asal Sidoarjo mereguk untung berlipat.
Sejumlah pemuda menyusuri pematang sawah siang itu. Mereka adalah anak-anak muda dari relawan Garda Puti Soekarno. “Kami mendampingi Mas Irsan (Dewan Penasehat MSP) melihat sawah Mas Aris yang ditanami MSP,” kata Rakhmat Pavi, tenaga ahli dapil dari Puti Guntur Soekarno.
Menurut Pavi, Kamis (15/4/2021), sudah beberapa tahun ini Aris menanam MSP. Tepatnya sejak 2016. Saat itu sebatas coba-coba dengan hanya berbekal lima malai benih padi MSP pemberian Irsan. “Dari 5 malai itu Mas Aris sudah 9 kali panen. Saat ini hampir 3 hektar lahan sawah di Sidoarjo ditanami MSP,” ungkap Pavi.
Berdasarkan cerita Aris, jelas Pavi, ada sejumlah keuntungan ketika menanam padi MSP dibanding bibit lain. Antara lain, biaya produksi yang tidak terlalu tinggi, sementara hasil panen bisa berlipat. “Hal lain yakni benih MSP bisa ditanam kembali. Ini kemandirian benih. Sehingga petani tidak tergantung pada benih pabrik,” kata Pavi.
Kisah sukses Aris mereguk untung dari bertanam padi MSP membuat Garda Puti Soekarno meluaskan kerjasama dengan kelompok-kelompok tani (poktan) maupun gabungan poktan (gapoktan) yang ada di Sidoarjo. “Mbak Puti menyediakan benih MSP. Kebetulan beliau salah satu dewan pengawas MSP juga,” kata Pavi.
Saat ramai-ramai di sawah saat itu, anak-anak muda ini menyempatkan menghubungi penemu MSP, Surono Danu melalui sambungan telepon genggam.
“Nafas perjuangan Marhaenisme ada pada Petani di sawah, bukan di ruangan ber-AC. Maka jika kalian ingin berteriak Hidup Marhaen! berteriaklah sepuasnya di sawah bersama dengan petani,” pesan Surono Danu ditirukan Pavi. (hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS