JAKARTA – Publik memberikan apresiasi yang tinggi kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Megawati telah membuka jalan bagi era baru kepemimpinan nasional di negeri ini. Dia telah berhasil melahirkan dan mengorbitkan seorang pemimpin bernama Joko Widodo yang mendapat tempat di hati rakyat Indonesia.
“Megawati telah berhasil melahirkan seorang pemimpin nasional yang dicintai rakyat. Munculnya Joko Widodo sebagai presiden periode 2014–2019 tidak lepas dari sikap negarawan Megawati. Dengan kebesaran hatinya, Megawati mendahulukan kepentingan bangsa dari kepentingan kelompok dan keluarganya,” tegas ekonom dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Imam Sugema, kepada Koran Jakarta di Jakarta, Jumat (22/8).
Imam mengatakan sikap Megawati selaku ketua umum PDI Perjuangan yang tidak mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden 2014 dan memilih figur Jokowi patut menjadi contoh bagi ketua umum-ketua umum parpol lain. Di saat ketua umum-ketua umum parpol lain berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2014, Megawati justru memilih sebaliknya, memberikan mandat yang diperolehnya untuk orang lain. Dia menyadari betul apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat saat ini.
“Ini poin penting dalam berbangsa dan bernegara. Dengan mengusung Jokowi, itu bukti bahwa Megawati tidak utamakan kepentingan pribadinya, tapi demi kepentingan nasional. Dia negarawan hebat,” ulang peneliti dari Intercafe itu.
Keputusan Megawati memilih Jokowi sebagi calon presiden berpengaruh besar pada keberadaan PDI Perjuangan. Kepercayaan publik makin tinggi pada partai berlambang kepala banteng ini.
“Ini harus dicontoh bila partai ingin menjadi besar. Satu-satunya jalan adalah mencari kader baik sebagai calon presiden. Terbukti PDI Perjuangan berhasil meraih suara terbanyak mengalahkan 11 parpol lainnya pada Pemilu Legislatif 2014,” tegas Imam.
Pada Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan memperoleh 23.681.471 suara atau 18,95 persen. Partai-partai lain, seperti Golkar, hanya memperoleh 18.432.312 suara (14,75 persen), Partai Gerindra 14.760.371 suara (11,81 persen), Partai Demokrat 12.728.913 suara (10,19 persen), Partai Kebangkitan Bangsa 11.298.957 suara (9,04 persen) suara,
Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 suara (6,79 persen), Partai Nasdem 8.402.812 suara (6,72 persen),Partai Amanat Nasional 9.481.621 suara (7,59 persen), Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 suara (6,53 persen), Partai Hanura 6.579.498 suara (5,26 persen), Partai Bulan Bintang 1.825.750 suara (1,46 persen), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1.143.094 suara (0,91 persen).
Pujian untuk Megawati juga datang dari Jusuf Kalla. Kalla mengatakan tujuan seseorang mendirikan dan menjadi ketua umum parpol adalah meraih kekuasaan, tetapi Megawati tidak demikian. Ambisi kekuasaannya diserahkan kepada kehendak rakyat. “Maka, terpilihnya Pak Jokowi dan saya seperti yang Anda saksinya saat ini. Bu Mega negarawan hebat,” kata Kalla.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ari Junaedi, mengatakan dipilihnya Jokowi sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan menunjukkan bahwa Megawati sangat peduli dan peka dengan suara-suara rakyat. Dia memberikan pilihan terbaik untuk rakyat Indonesia.
“Dalam Pilpres 2014 ini, rakyat punya pilihan terbaik, bukan terpaksa. Megawati ikhlas mendahulukan kepentingan rakyat. Dia putri dari seorang pemimpin besar–Bung Karno–dan menjadi pemimpin besar juga saat ini. Seorang pemimpin besar itu tidak perlu menguasai kekuasaan, tetapi mampu melahirkan pemimpin yang besar,” tegas Ari.
Pemilu 2014 ini telah memberikan pelajaran berharga kepada elite-elite di negeri ini dalam berdemokrasi. Rakyat semakin bijak dalam berpolitik. Sayangnya, masih banyak elite yang tidak mau belajar dari sikap rakyatnya ini.
Megawati juga dinilai pantas menyandang nama Soekarnoputri (putri Proklamator RI). Karena dia tidak mendahulukan kepentingan anaknya, Puan Maharani, dan tidak mendahulukan kepentingan sendiri. (*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS