SURABAYA – Kisah panjang sejarah PDI Perjuangan tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa ini. Begitu pun sebaliknya. Sejarah perjuangan bangsa ini sejak pra kemerdekaan mencatat andil besar kader-kader partai penganut ideologi seperti hanya menjadi ideologi kader-kader PDI Perjuangan saat sekarang.
Pertalian sejarah partai dan bangsa tersebut dijlentrehkan Ketua DPD PDI Perjuangan H Sirmadji Tjondropragolo saat menjadi inspektur upacara peringatan HUT PDI Perjuangan ke 42 di pelataran Sekretariat DPD Jatim, Jl Kendangsari Industri No 57, Surabaya, Sabtu (10/1/2015).
“Kelahiran PDI Perjuangan tak lepas dari mata rantai yang begitu panjang. Bahkan sebelum Indonesia merdeka,” tutur Sirmadji.
Baca: Ini Perintah Harian Megawati Soekarnoputri
Di masa pra kemerdekaan, tahun 1927, Bung Karno dan para tokoh lain mendirikan Partai Nasionalis Indonesia. PNI yang mengusung Marhaenisme mengobarkan persatuan anak bangsa untuk merebut kemerdekaan.
“Inti Marhaenisme yang menjadi ideologi dari PNI, juga mengalir dalam nafas dan gerak PDI Perjuangan saat sekarang untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang dikenal dengan trisakti Bung Karno. Berdaulat politik, berdikari ekonomi, dan berkepribadian dalam berkebudayaan,” terang Sirmadji.
Setahun setelah PNI didirikan, lanjut pria yang kini menjadi anggota DPR RI ini, terjadilah peristiwa sumpah pemuda. Lalu, beberapa tahun kemudian, Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 1945.
Perjalanan partai dan bangsa berlanjut. Hingga pada 10 Januari 1973, terjadi fusi sejumlah partai menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Lima partai yang berfusi antaralain Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik Indonesia. Era itu adalah masa pemerintahan otoriter.
Foto-foto acara HUT ke-42, klik di sini
Ketika itu, jalan mewujudkan cita-cita kemerdekaan nasional terinterupsi oleh pemerintahan yang dikenal dengan orde baru. Saat itu pula, kaum nasionalis dikuyo-kuyo. “Tapi, PDI hasil fusi partai-partai itu tetap fokus pada nasionalisme, masalah-masalah kerakyatan, dan keadilan sosial seperti dicita-citakan partai-partai di era sebelumnya,” kata Sirmadji.
Hingga pada momentum pemilu 1999, lanjut dia, kader- PDI di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan. Sebelumnya, PDI pro Megawati tercatat gigih melawan tekanan pemerintahan orde baru yang korup dan anti demokrasi.
“Mata rantai sejarah PDI Perjuangan ini agar terus diingat kader-kader partai. Agar menjadi penyemangat dalam perjuangan menyejahterakan rakyat. Dan, agar sejarah tidak gampang dibelokkan,” pesan Sirmadji kepada peserta upacara.
Kisah panjang PDI Perjuangan itu, kini, menemukan momentumnya. Banyak pengamat politik mengatakan, PDI Perjuangan adalah partai yang konsisten menjalankan ideologi di tengah arus globalisasi dan pragmatisme politik.
Di bagian yang tak terpisahkan, konsistensi menjalankan program kerakyatan meski di luar pemerintahan selama 10 tahun terakhir berbuah. Rakyat memberikan kepercayaannya kepada PDI Perjuangan untuk memimpin negeri ini, melalui salah satu kader terbaiknya, Joko Widodo.
“Saat ini, adalah tahun-tahun penentuan bagi PDI Perjuangan dan bangsa ini. Menjadi pemerintah adalah kesempatan terbaik untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa ini,” tandas Sirmadji. (her)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS