SURABAYA – Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya Didik Prasetiyono berharap Pilkada Surabaya berlangsung dengan menjaga fatsoen atau etika berpolitik. Bukan sekadar urusan menang kalah semata.
“Pilkada adalah sarana momentum untuk memberikan pendidikan politik kepada rakyat, bagaimana politik harus dijalankan dengan santun dan bermartabat,” kata Didik Prasetiyono, Sabtu (10/10/2015).
Pernyataan itu dia sampaikan setelah Calon Wali Kota Rasiyo menyatakan “saya lebih PDI Perjuangan dari pada incumbent,” saat di Restoran Nur Pacific, Gubeng, Surabaya, Jumat (9/10/2015) malam.
Menurut Didik, pernyataan calon yang diusung Partai Demokrat dan PAN itu dinilai tidak patut, dapat menyinggung martabat dan harga diri partai. “Dalam hal ini incumbent yang saat ini juga calon wakil wali kota Whisnu Sakti Buana yang Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya. Juga Bu Risma yang pada Juli kemarin menjadi anggota PDI Perjuangan,” ujar Didik.
Keanggotaan PDI Perjuangan, jelas Didik, diatur dengan tegas di dalam konstitusi partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut. Di antaranya melalui proses pendaftaran diri, dan mengikuti proses kaderisasi yang telah ditentukan.
“Alangkah tidak pas bila Pak Rasiyo yang bukan anggota PDI Perjuangan dan sedang dalam pencalonan yang diusung Demokrat dan PAN, kemudian membuat pernyataan seperti itu,” sesalnya.
Pihaknya berharap, kontestasi pilkada ini kedepan dilakukan dengan tetap menjaga etika dan kesantunan dalam berpolitik. Sebab, hal itu pasti akan direplikasi dan ditiru oleh rakyat.
“Persoalan pilkada ini jauh lebih penting dari sekadar urusan menang atau kalah. Ini adalah urusan bagaimana kita menempatkan kepentingan rakyat dan mengupayakan kesejahteraan terwujud dengan merata. Siapapun pemimpinnya, harus memberikan contoh berpolitik yang santun dan bermartabat,” harap dia. (goek/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS