SURABAYA – Hampir setiap akhir pekan, banyak komunitas berkumpul di Kota Surabaya. Mereka tak hanya dari Surabaya, tetapi juga datang dari luar kota, bahkan luar provinsi.
Satu di antara bermacam komunitas itu, yakni Surabaya Parrot Love (SPL), sempat ditemui Ketua DPRD Surabaya Armuji pada pertengahan bulan lalu.
Politisi PDI Perjuangan yang akrab disapa Cak Ji ini membaur bersama para pecinta burung Macau tersebut, di kawasan Keputih, Surabaya Timur.
Armuji menyebutkan, banyaknya komunitas di kota ini seharusnya menjadi potensi destinasi wisata baru di Kota Pahlawan. “Ini potensi untuk pengembangan wisata di Surabaya,” katanya.
Komunitas burung impor ini tidak hanya ingin menikmati Kota Surabaya. Mereka juga butuh tempat yang membuat mereka nyaman dan terkesan. Bahkan aktivitas mereka juga menarik perhatian orang.
Menurut Armuji, aktivitas unik komunitas ini bisa menjadi destinasi wisata yang luar biasa. Apalagi mereka terorganisasi dan memiliki banyak anggota.
Seharusnya, Dinas Pariwisata Kota Surabaya lebih jeli menangkap potensi mendatangkan wisatawan lebih banyak di kota ini.
“Bayangkan jika ratusan atau ribuan anggota mereka dari seluruh Indonesia mendapat tempat mengesankan di sini, tentu gaungnya akan menyebar ke seluruh dunia,” ujar legislator yang juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur ini.
Komunitas burung yang tampil di lapangan Keputih itu kebanyakan adalah pemilik burung impor dari Brasil. Burung paruh bengkok jenis macau dari Brasil banyak diminati.
Harga burung jenis itu memang fantastis. Ada yang mencapai Rp 400 juta. Minat masyarakat terhadap burung dengan warna cerah itu pun tinggi. Burung ini juga bisa dilatih untuk patuh kepada pemilik ketika dipanggil saat terbang.
“Jadi, perlu ada tempat yang representatif di Surabaya yang memungkinkan diadakannya lomba dan latihan bagi komunitas ini. Ini sekaligus untuk menyentuh wisata dari sisi potensi komunitas,” katanya.
Pria yang juga pecinta burung ini menambahkan, lomba atau kontes burung macau memang membutuhkan uang cukup banyak. Sebab, peserta dari luar daerah harus mengeluarkan biaya untuk penginapan dan biaya pendaftaran.
Belum lagi kalau akomodasi menggunakan pesawat, burung-burung itu harus melewati karantina, yang tentunya perlu biaya ekstra. Perlombaan menerbangkan burung berwarna cerah itu juga bisa menarik perhatian banyak penggemar. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS