MAGETAN – Anggota DPRD Jatim Diana Amaliyah Verawatiningsih, Selasa (27/7/2021), menyambangi Subakat, 53 tahun, mantan anggota Satuan Tugas (satgas) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Jakarta Selatan yang menjadi saksi hidup peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh Juli (kudatuli) 1996.
Bakat, panggilan akrab Subakat kini tinggal menetap di Desa Bulukerto, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan.
Kedatangan Diana Sasa, demikian Diana Amaliyah Verawatiningsih biasa disapa, adalah untuk bersilaturahmi senyampang hari ini adalah tanggal dimana peristiwa tersebut terjadi 25 tahun silam.
“Kebetulan ini 27 Juli, saya ingin ngangsuh kaweruh (menimba pengetahuan) tentang sejarah penting berdirinya partai tempat saya bernaung kepada pelakunya langsung. Kebetulan Pak Bakat ini tetangga saya,” ungkap Sasa.
Pada peristiwa Kudatuli itu, Bakat yang menjadi Satgas mengaku merasa terpanggil untuk turun langsung mengamankan kantor DPP PDI di Jl Diponegoro pasca peristiwa Kongres Medan yang memenangkan Soerjadi sebagai Ketua Umum.
“Awalnya saya ikut karena saya satgas PDI Jakarta Selatan, lalu ketika teman-teman daerah datang dan membentuk posko-posko, saya bergabung dengan kawan-kawan Jawa Timur,” kisah Bakat sambil mengenang peristiwa Sabtu kelabu itu.
Saat itu Bakat sebenarnya bekerja sebagai karyawan perusahaam swasta yang cukup bagus. Tetapi karena merasa terpanggil untuk membela putri Bung Karno, ia memilih meninggalkan pekerjaannya dan turun langsung ke lapangan mengamankan kantor DPP PDI.
“Yang saya pikir saat itu hanya, bahwa Soeharto harus dilawan. Dan saya seorang Soekarnois. Maka saya nekat saja,” tegas Bakat.
Kenekatan Bakat itu berbuah hilangnya empat gigi depannya karena terkena lemparan batu kala kerusuhan terjadi. Pun begitu Bakat mengaku tidak menuntut apa-apa, sekali pun kini bendera banteng tengah berkuasa.
“Sudah 25 tahun, Mbak. Saya tidak mengharap apa-apa. Semua saya lakukan iklhas. Ya untuk keluarga Bung Karno, ya untuk Partai, untuk bangsa, sudah iklhas saya,” ujar Bakat lagi.
Bagi Sasa, dengan mengunjungi pelaku sejarah begini, dia bisa mengingatkan lagi dirinya sendiri agar tidak lupa pada massa rakyat.
“Saya merasa bersalah ketika partai kami berkuasa, kemudian saya juga menjadi wakil rakyat, kok ada orang yang pernah mempertaruhkan nyawanya untuk Partai yang belum mendapat perhatian layak. Belum lagi soal kepastian kasus hukum kasusnya yang hingga kini masih belum mendapatkan keadilan. Kunjungan saya ini semacam “menebus rasa bersalah”. Kader seperti Pak Bakat jarang ada yang mengetahui keberadaan dan pengalamannya. Saya ingin menyambung silaturahmi yang terputus itu,” urai Sasa.
Dalam kunjungan singkat itu Sasa memberikan tali asih dan menawarkan program pemberdayaan untuk Pengurus Ranting dimana Pak Bakat turut menjadi pengurus. (rud/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS