SURABAYA – Cawawali Whisnu Sakti Buana mengapresiasi kalangan anak muda yang memanfaatkan taman-taman kota untuk kegiatan positif. Bersama Cawali Tri Rismaharini, Whisnu menampung aspirasi mereka soal bagaimana konsep penataan taman agar makin bermanfaat bagi warga kota.
Saat dipercaya kembali memimpin Surabaya, kata Whisnu, Pemkot akan mengundang komunitas-komunitas yang selama ini menggunakan fasilitas taman kota untuk beraktivitas. “Mau seperti apa sih, konsep tema taman yang diinginkan,” kata Whisnu, Minggu (29/11/2015) .
Hal itu dikatakan Whisnu setelah mendengar aspirasi kelompok olahraga kalistenik tergabung dalam Komunitas Draconian Surabaya (KDS), di Taman Sulawesi, Sabtu (28/11/2015) sore. Saat itu, dia menyempatkan diri melihat-lihat taman yang banyak dimanfaatkan warga, khususnya kalangan muda, untuk melakukan bermacam aktivitas.
Menurut Whisnu, aktivitas memanfaatkan taman kota seperti yang dilakukan KDS secara rutin ini setidaknya bisa mengurangi tindakan negatif di era sekarang. “Ini juga sebagai antisipasi penggunaan narkoba di kalangan muda. Kita akan fasilitasi aktivitas anak muda yang mengarah pada kebaikan,” jelas alumnus SMAN 9 Surabaya ini.
Jika fasilitas taman sudah diapresiasi warga dan dilakukan secara rutin, lanjut Whisnu, pemkot akan terus memperhatikan kelompok-kelompok penggunanya. Misalnya, mengupayakan sponsorship agar kegiatan anak-anak muda itu makin berkembang dan bisa lebih mandiri.
“Sehingga yang sudah berhasil, mereka bisa lebih mandiri. Pemkot akan mensupport kalau soal itu,” ucap alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.
Sementara itu, pendiri KDS, Deddy Gunawan menerangkan, gerakan-gerakan yang dilakukan anggota KDS merupakan gerakan senam dasar. Namun, gerakan-gerakan yang sedianya dilakukan di gym itu, dilakukan KDS secara outdoor, dengan memanfaatkan taman-taman kota.
“Kami sudah keliling Surabaya untuk mencari spot yang enak. Ternyata di Taman Sulawesi ini yang fasilitasnya cukup bagus untuk menerapkan gerakan kalistenik,” jelas Deddy.
Olahraga kalistenik sepintas tidak jauh beda dengan latihan membentuk lekukan bisep-trisep ataupun sixpack yang biasa dilakukan di gym. Bedanya, latihan ini sudah dikenal biasa dilakukan di taman kota, dan biasanya memanfaatkan arena monkey bar. KDS sendiri kerap berkumpul di taman Sulawesi.
Olahraga ini, jelas Deddy, murni menggunakan bagian tubuh sebagai beban. Kalistenik termasuk olahraga murah meriah, karena memanfaatkan fasilitas taman kota yang banyak dibangun Pemkot Surabaya.
Aktivitas KDS yang sudah berjalan sekitar dua tahun ini pun menarik minat kalangan muda. Berbagai komunitas serupa turut bergabung, sehingga saat ini anggotanya sudah mencapai sekitar 100 orang.
Pihaknya berharap Pemkot Surabaya juga memperhatikan kelompok ini. Paling tidak dengan menyediakan dan memperbanyak fasilitas olahraga yang di antaranya kadang digunakan untuk bergelantungan untuk beraktivitas tersebut.
“Selama ini kami berlatih bersama. Kami murni berolahraga. Tidak pernah menarik iuran apapun. Namun, fasilitas sangat dibutuhkan,” ungkap Deddy. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS