Sabtu
07 Desember 2024 | 4 : 35

Kehadiran Ahok Sebagai Gubernur DKI adalah Perjalanan Sejarah

pdip-jatim-hasto-ngaji-kebangsaan

JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan rasa bahagianya melihat kaum Nahdliyin dan Marhaen bersatu sebagaimana diikrarkan dalam kegiatan Ngaji Kebangsaan di Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal, asuhan KH Nuril Arifin, di Jakarta Timur, Jumat (17/3/2017) malam.

Dalam sejarah berdirinya bangsa ini, kata Hasto, Bung Karno telah menegaskan bangsa Indonesia harus berdiri tegak di antara bangsa-bangsa di dunia.

Namun, lanjut dia, saat ini dalam menghadapi Pilkada, khususnya di DKI Jakarta seperti ada yang berupaya menegasikan kebhinekaan tersebut.

“Kita berkumpul di sini untuk mengingatkan kembali bahwa Republik Indonesia saat ini kembali menghadapi ancaman perpecahan dan perlawanan terhadap kebhinekaan. Padahal sudah dipertegas konsepsi kebhinekaan kita berbeda-beda tapi satu bangsa dan satu tanah air dengan bahasa persatuan Indonesia,” kata Hasto, dalam sambutannya dalam acara Ngaji Kebangsaan.

Hadir juga dalam acara itu di antaranya Ketua DPP PDI Perjuangan Idham Samawi, Ketua Umum PPP Djan Faridz, Sukmawati Soekarnoputri, pemikir kebangsaan Yudi Latief, serta perwakilan dari Ciganjur, Priyo Sambadha. Hadir juga beberapa tokoh dari lintas agama.

Acara Ngaji Kebangsaan dipandu budayawan yang juga mantan asisten Gus Dur, Ngatawi Al-Zastrow.

Hasto mengatakan, kehadiran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kepemimpinan di DKI Jakarta adalah perjalanan sejarah.

Diawali dari kekuatan Joko Widodo (Jokowi) yang datang dari arus bawah yang peduli pada rakyat. Kemudian didukung rakyat menjadi Presiden.

“Maka Pak Ahok kemudian menjadi gubernur menggantikan Pak Jokowi yang menjadi Presiden. Memang tidak sempurna. Tapi punya komitmen sangat jelas seperti Ali Sadikin yang tegas dan tak kompromi terhadap korupsi,” tuturnya.

“Pak Ahok pernah mau diganti oleh DPRD karena Pak Ahok tak menyetujui pengajuan anggaran besar. Ini menjadi bukti ketika Pak Ahok memilih tak populer, tetapi murni untuk kemajuan rakyat. Itu sikap seorang pemimpin,” lanjut Hasto.

Dia menambahkan, Ahok menjadi Gubernur DKI membentuk pasukan oranye untuk bersih-bersih, pasukan hijau untuk membangun taman kota, dan pasukan biru untuk mata air, serta pasukan ungu untuk sosial merawat lansia.

Kemudian, lanjut Hasto, Ahok dalam kepemimpinannya bersatu dengan Djarot Saiful Hidayat yang tak suka menyombongkan diri.

“Hanya satu warna yang belum, yakni pasukan merah. Melihat Gus Nuril memakai baju merah, maka segera dibangun pasukan merah yang akan membangun masjid, membersihkan masjid untuk berwudhu dan beribadah,” kata Hasto. (goek/*)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

KRONIK

Setelah Surabaya Timur, Pemkot Siap Bangun Lagi 2 RSUD di Utara dan Selatan

SURABAYA – Progres pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Eka Candrarini di Surabaya Timur, tepatnya di Medokan ...
LEGISLATIF

Dua Legislator Banteng Jember Kawal Upaya Pemberdayaan Petani

JEMBER – Dua legislator banteng DPRD Jember, yakni Chandra Ary Fianto dan Wahyu Prayudi Nugroho mengawal upaya ...
SEMENTARA ITU...

PPDB Zonasi, Pemkot Surabaya Tunggu Juknis dari Pemerintah Pusat

SURABAYA – Soal zonasi yang masih menjadi polemik dunia pendidikan di berbagai wilayah, Walikota Eri Cahyadi ...
LEGISLATIF

Legislator DPRD Jombang Mulai Reses, Donny: Sosialisasikan APBD 2025

JOMBANG – DPRD Kabupaten Jombang mengadakan rapat paripurna internal pada Kamis (5/12/2034). Agenda rapat merupakan ...
LEGISLATIF

2025 Dapil 7 Jatim Menuju Bebas Blankspot, Novita: Kado Digitalisasi untuk Pelaku UMKM & Ekraf

JAKARTA – Langkah nyata menuju masa depan digital terus digulirkan di Dapil 7 Jawa Timur. Rencana pembangunan ...
KRONIK

Pasangan Lukman-Fauzan Unggul Telak dalam Rekapitulasi KPU Bangkalan

BANGKALAN – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bangkalan menyelesaikan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk ...