JAKARTA – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Adian Napitupulu mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menginginkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maju sebagai calon independen dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Keinginan Jokowi itu dia ketahui ketika mendampingi Jokowi dalam pameran foto yang digelar relawan Jokowi di Jakarta, awal bulan lalu.
Menurut Adian, banyak orang bertanya-tanya tentang bagaimana sikap Presiden Jokowi melihat Ahok. Sebagian besar menafsirkan Jokowi mendukung langkah Ahok untuk maju sebagai calon independen, apalagi Ahok memang diketahui punya kedekatan dengan presiden.
“Saya pun pernah berpikir seperti itu,” ungkap Adian, sebagaimana keterangan tertulisnya kepada media, kemarin.
Selama mendampingi Jokowi di arena pameran foto, Adian turut menyampaikan beberapa hal kepada presiden. Mulai dari BUMN yang didominasi orang-orang lama, hubungan antara DPR dengan mitra kerja yang kurang harmonis, hingga harga kebutuhan pokok di pasaran.
Namun di luar dugaan, Jokowi yang sedang melihat-lihat foto, tiba-tiba berbalik menatap dirinya dan Ketua Bara JP relawan Jokowi, Sihol Manulang yang ikut mendampingi.
Presiden kemudian bertanya, pertanyaan yang menurut Adian, tidak diduga. “Beliau tanya ‘bagaimana Ahok menurut kamu?’,” kata Adian.
“Sihol Manulang menjawab ‘susah pak, sombong’. Sementara saya mengatakan ‘saya terserah presiden dan partai’,” kata Adian lagi.
Adian melanjutkan, setelah itu Jokowi mengatakan bahwa Ahok memang agak susah untuk diberi pengertian. Jokowi, sebut Adian, juga melontarkan beberapa pernyataan yang intinya menurut pemahaman Adian adalah keinginan Jokowi agar Ahok tidak maju melalui jalur independen.
“Karena Jakarta berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta adalah ibu kota dan membangun Jakarta butuh kekuatan besar dan dikerjakan bersama-sama,” tambah Adian.
Dia kemudian mengatakan kepada presiden, bahwa untuk memenangkan pilkada, Ahok bisa dengan mudah menggunakan bantuan relawan. Namun untuk membangun Jakarta, Ahok membutuhkan DPRD yang merupakan wakil rakyat dari elemen partai.
“Lalu saya tanya ke Presiden, ‘apa perlu saya yang bicara ke Ahok pak?’ Pak Jokowi menatap saya lalu dia menjawab, ‘iya iya kamu harus bicara sama Ahok.’ Kemudian Jokowi kembali melihat foto yang lain dan membicarakan hal-hal lainnya,” beber Adian.
Seusai melihat foto, Adian mengantarkan Jokowi sampai ke depan pintu mobil. Pada kesempatan itu Adian mengaku kembali diingatkan Jokowi untuk bicara dengan Ahok.
“Makanya tanggal 7 Juni 2016 sekitar pukul 21.00 WIB, saya telepon Ahok dan menyampaikan semua yang disampaikan presiden. Cerita yang saya sampaikan di atas bisa saya pertanggungjawabkan dan tidak berangkat dari motivasi buruk. Saya sampaikan cerita di atas karena rakyat perlu tahu bahwa benar Presiden Jokowi menyayangi Ahok, tapi Presiden Jokowi jauh lebih menyayangi rakyat Jakarta,” kata Adian.
Adian berpendapat, dengan merangkul relawan serta berjalan bersama partai politik akan memudahkan Ahok bukan saja untuk memenangkan pilkada, tapi memenangkan program-program pembangunan selama lima tahun di DPRD demi kesejahteraan Rakyat Jakarta.
Dia menekankan, hakikat kemenangan bukanlah bagaimana mendapatkan kursi tapi bagaimana bekerja sebaik-baiknya dari kursi itu. Adian juga menegaskan kepemimpinan Jokowi yang rendah hati seharusnya menjadi contoh bagi Ahok.
Jokowi, menurut dia, tidak pernah menolak keberadaan partai sebagai pilar demokrasi. Dalam Pilpres 2014, Jokowi mampu mengombinasikan dua kekuatan, partai dan relawan.
“Relawan Jokowi di Jakarta jumlahnya jauh lebih banyak dari Relawan Ahok, lebih terorganisir dan lebih teruji militansinya dalam pertarungan pilpres yang sangat keras. Kalau relawan Ahok saat ini mengumpulkan KTP untuk Ahok dari mal ke mal yang sejuk ber-AC, relawan Jokowi saat Pilkada 2012 dan Pilpres 2014 mengumpulkan dukungan dengan menjual baju kotak-kotak di jalan-jalan, di terminal-terminal dan pasar-pasar tradisional,” ujarnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS