SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini diminta UNESCO menjadi pembicara di hadapan wali kota dunia, di sela-sela International Conference on Learning Cities (ICLC) ke-2 yang berlangsung 15-21 September 2017 di Cork, Republik Irlandia.
Surabaya menjadi satu dari 16 kota di dunia yang mendapatkan UNESCO Learning City Award di tahun ini.
Kota peraih Learning City 2017 lainnya, yakni Bristol (Inggris Raya dan Irlandia Utara), Câmara de Lobos (Portugal), Contagem (Brasil), Gelsenkirchen (Jerman), Giza (Mesir), Hangzhou (China), Larissa (Yunani), Limerick (Irlandia), Mayo-Baléo (Kamerun), N’Zérékoré (Guinea), Okayama (Jepang), Pécs (Hungaria), Suwon (Korsel), Tunis (Tunisia), Villa María (Argentina).
Risma memaparkan perkembangan kota secara menyeluruh, mulai kebersihan hingga pertumbuhan usaha kecil menengah (UKM) yang berkembang pesat.
Menurut Risma, predikat learning city bagi Surabaya ini tak lepas dari peran serta para stakeholder. Mulai dari sektor swasta, masyarakat, media dan pemerintah kota sendiri.
“Jadi konsep learning city di Surabaya tidak akan berjalan dengan sukses jika tanpa peran serta semua pihak,” ujarnya.
Dalam mengembangkan konsep learning city, Surabaya mengajak masyarakat untuk berperan aktif. Dia lantas mencontohkan kampung pendidikan, di mana masyarakatnya menyepakati waktu-waktu belajar bagi anak-anaknya.
Dengan demikian, meski tidak sedang di sekolah, anak-anak dapat belajar secara non-formal dalam bentuk permainan.
Rumah Bahasa dan Rumah Matematika, yang dapat dijumpai di Kompleks Balai Pemuda, mendorong masyarakat lebih mencintai pelajaran bahasa dan matematika. Rumah Bahasa merupakan contoh konkret peran aktif relawan yang bersedia mengajar bahasa kepada masyarakat.
“Relawan bahasa ini datang dari kalangan mahasiswa, akademisi, maupun konsulat jenderal negara-negara sahabat,” ujar Tri Rismaharini.
Risma mengungkapkan, saat ini tak kurang dari 13 bahasa dapat dipelajari di Rumah Bahasa secara gratis. Sedangkan Rumah Matematika menawarkan konsep belajar dengan cara yang menyenangkan dengan diselingi beragam permainan, sehingga matematika kini tak lagi menakutkan bagi anak-anak.
Untuk mendorong minat baca masyarakat, Pemkot Surabaya membangun taman baca masyarakat (TBM) dan perpustakaan yang dapat dijumpai di balai RW dan taman-taman kota. TBM dan perpustakaan dapat dijumpai di 1.500 titik di seluruh penjuru kota.
Pemkot juga menyediakan Broadband Learning Center (BLC) di 50 lokasi dapat dimanfaatkan warga untuk belajar mengenai komputer dan internet. BLC ini banyak dimanfaatkan ibu-ibu pelaku UKM untuk memasarkan produknya secara online.
“Para pelajar sekolah tak mau ketinggalan memanfaatkan BLC meningkatkan skill di bidang teknologi informasi,” imbuh walikota sarat prestasi ini.
Terbaru, Pemkot Surabaya membangun co-working space bernama “Koridor” yang berada di pusat kota, tepatnya di lantai 3 gedung Siola. Tempat ini disediakan bagi para pelaku industri kreatif dan start up Surabaya untuk berdiskusi dan berkarya lebih jauh.
“Pada waktu-waktu tertentu, Koridor juga digunakan oleh Google untuk memberikan pelatihan tematik,” jelasnya.
Pemkot Surabaya juga memberikan bekal wirausaha praktis secara gratis. Melalui Pejuang Muda dan Pahlawan Ekonomi, warga dapat mengakses pelatihan yang nantinya dapat menjadi bekal bagi memulai bisnis sendiri. Program tersebut rutin digelar di Kapas Krampung Plaza (KAZA) setiap hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 10.00 WIB.
Konsep belajar diterapkan kepada seluruh lapisan masyarakat. Tak terkecuali mereka dengan kebutuhan khusus. Di Pondok Sosial Kalijudan, anak-anak berkebutuhan khusus mendapat bekal pelatihan sesuai minat dan bakat. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS