SURABAYA – Wali Kota Tri Rismaharini mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Sosial (Dinsos) menjalin kerjasama dengan 14 perguruan tinggi (PT) di Surabaya. Kerja sama itu dijalin dalam bentuk program Campus Social Responsibility (CSR), yakni pendampingan anak putus sekolah dan rawan putus sekolah.
Program yang digagas sejak 2014 itu, kata Risma, misi utamanya adalah mendampingi dan membantu anak usia sekolah lewat pendampingan mahasiswa.
“Dengan pendidikan yang baik, kita bisa mengangkat derajat kita, bukan hanya diri pribadi, tapi juga bangsa dan negara kita,” kata Risma dalam acara Gathering Campus Social Responsibility di Universitas Surabaya (Ubaya), Jalan Raya Kalirungkut, Minggu (28/4/2019).
CSR dinilai cara alternatif yang tepat untuk memitigasi potensi anak putus sekolah tersebut. Mahasiswa dinilai mampu mengatasi problem adik asuh melalui pendekatan persuasif.
Melalui program tersebut, jelas Risma, diharapkan mahasiswa sebagai pendamping mampu mentransfer perilaku dan kebiasaan-kebiasaan baik kepada adik asuhnya.
Menurut Risma, permasalahan pendidikan tak lepas dari berbagai faktor. Selain faktor ekonomi keluarga, masalah lain adalah kemauan anak-anak untuk menempuh pendidikan.
Karena itu, melalui program CSR, Pemkot Surabaya ingin menyelamatkan masa depan generasi muda, serta memutus mata rantai permasalahan sosial sejak dini, melalui mahasiswa yang berperan sebagai pendamping dan kakak.
Pada kesempatan itu, Risma memberikan motivasi penguatan kepada 350 adik-adik yang menjadi anak asuh program CSR tersebut, agar terus bersemangat menempuh pendidikan. Risma juga mengapresiasi para mahasiswa yang dengan sabar dan tekun membimbing adik asuhnya agar terus bersemangat untuk menempuh pendidikan sekolah.
“Betapa luar biasanya kakak-kakak pendamping yang mau membimbing adik-adik ini. Jadi kakak-kakak ini, seperti kakak kalian sendiri. Setelah ada program CSR ini, anak-anak menjadi luar biasa,” ujarnya.
Di hadapan 350 pendamping yang merupakan mahasiswa dari 14 perguruan tinggi di Surabaya itu, Risma berpesan apabila mereka mengetahui adanya anak rentan putus sekolah, agar bisa disampaikan ke pemerintah. Sebab, informasi yang mereka sampaikan, secara tidak langsung membantu pemerintah dalam upaya menyelamatkan generasi bangsa.
“Jika kakak-kakak tahu informasi ada anak yang putus sekolah bisa disampaikan kepada kami. Kalau ternyata orang tuanya yang bermasalah seperti tidak bekerja, tolong sampaikan ke kami. Saya akan coba mencarikan solusinya,” kata Risma.
Karena itu, tujuan utama program CSR adalah untuk mengembalikan anak putus sekolah ke bangku pendidikan, serta menguatkan motivasi anak rentan putus sekolah untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bagi para mahasiswa, program CSR itu akan melatih mereka dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang diperoleh di bangku kuliah, untuk diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS