SURABAYA – Pemkot Surabaya mendorong komunitas-komunitas anak muda di Kota Pahlawan agar bisa bersinergi guna menghadapi era yang serba digital atau industri 4.0.
Wali Kota Tri Rismaharini dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas agar siap menghadapi era industri 4.0.
“Ini agar warga Kota Pahlawan, khususnya kaum milenial tidak ketinggalan. Sehingga mereka diharapkan mampu untuk terus berkompetisi di era itu,” kata Risma di lantai 3 koridor Co-Working Space, Siola Surabaya, Minggu (25/8/2019).
Menurut dia, karya animasi untuk anak-anak merupakan potensi besar untuk bisa dikembangkan dalam rangka menghadapi era industri 4.0. Terlebih, ia melihat, fenomena karya-karya animasi yang biasa ditonton anak-anak adalah hasil karya dari mancanegara.
“Jadi ini potensinya sangat besar sekali kalau kita mau menggarapnya. Jumlah penduduk Indonesia ini kan lebih dari 200 juta dan mungkin taruhlah 15-20 persennya adalah anak-anak itu yang harus kita kejar,” ujarnya.
Wali Kota yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan ini menyebut, peluang yang besar itu wajib diisi warga Indonesia, khususnya penduduk di Surabaya. Pihaknya melihat, potensi ini dimiliki komunitas pegiat mural, animasi, maupun programmer terutama dari Kota Surabaya.
Untuk itu, pihaknya akan terus memberikan motivasi kepada para komunitas programmer dan pegiat mural se-Surabaya agar bisa mengambil peluang tersebut.
Bahkan Pemkot Surabaya sudah memfasilitasi dengan memberikan ruang khusus bagi mereka untuk mengembangkan karyanya yakni di lantai 3, Koridor Co-Working Space, gedung Siola Surabaya.
“Ini akan menjadi karya luar biasa jika kalian kolaborasi. Ini eranya kolaborasi industri 4.0,” katanya.
Jika selama ini yang ditonton anak-anak yakni film kartun karya luar, lanjut dia, maka anak-anak Indonesia harus bisa menciptakan karya yang dikonsumsi masyarakatnya sendiri. Bahkan ia yakin jika ini terus didorong maka akan berhasil.
“Saya yakin anak-anak Surabaya bisa menciptakan kartun dari cerita sejarah yang dimiliki Indonesia untuk dijadikan kartun yang populer di era saat ini,” kata dia.
Meski demikian, lanjut Risma, potensi-potensi itu harus terus didorong agar bergerak.
Namun, tidak hanya dalam bentuk film kartun. Tapi bisa bentuk iklan layanan masyarakat, ataupun iklan komersil juga bisa dikerjakan dari animasi ini.
“Karena yang semacam itu membuat orang tertarik dan ini merupakan kampanye baru yang bisa digunakan sebagai media mendidik anak-anak,” tuturnya.
Dia menilai, hal ini akan mudah dilakukan jika tiap-tiap komunitas saling bersinergi, misalkan komunitas mural biasanya menggambar di bidang kosong seperti tembok. Dari media tembok kemudian bisa diterapkan ke elektronik.
“Dari yang biasanya menggunakan bidang kosong ditumpahkan ke media eletronik, karena potensi itu harus dikembangkan,” kata Risma.
Risma berharap, warga Kota Surabaya, khususnya kaum milenial mulai bergerak untuk mengisi potensi-potensi itu. Sehingga nantinya upaya-upaya yang dilakukan ini dapat meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.
“Saya berharap supaya mereka mampu berperan di negerinya sendiri dan tidak menjadi penonton saja,” harapnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS