TULUNGAGUNG – Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, dalam peringatan Hari Air Sedunia, Senin (22/3/2021), meresmikan dan menetapkan Dam Cluwok di Desa Bono Kecamatan Boyolangu sebagai Monumen Irigasi Tulungagung.
Selain itu, ia juga memberi bantuan pada masyarakat kurang mampu di sekitar Dam Cluwok. Bantuan berupa biaya hidup dan sembako yang diterimakan oleh empat warga sebagai perwakilan.
“Mudah-mudahan bantuan ini dapat bermanfaat,” ujarnya usai memberikan bantuan pada perwakilan warga tersebut.
Selanjutnya, bupati yang juga kader PDI Perjuangan ini berharap pula Dam Cluwok yang telah diresmikan dan ditetapkan sebagai Monumen Irigasi Tulungagung dapat menjadi destinasi wisata pendidikan baru dan juga masuk sebagai cagar budaya di kota marmer.
“Sudah ada rencana untuk juga difungsikan sebagai cagar budaya. Selain mengingatkan kita betapa pentingnya penataan irigasi,” paparnya.
Dam Cluwok, menurut dia, dulunya merupakan dam yang berfungsi sebagai pengendali banjir. Apalagi Tulungagung sebelum tahun 1986 dikenal sebagai kota banjir.
“Namun setelah diresmikannya pembangunan Terowongan Niyama dua tidak ada lagi banjir di Tulungagung. Dam Cluwok pun tidak lagi berfungsi sebagai pengendali banjir,” tuturnya.
Menurut catatan sejarah, Dam Cluwok dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1931 berupa bendung gerak. Keberadaan dam dirancang untuk meninggikan permukaan air sekaligus mengatur sirkulasi dua sungai, yakni Sungai Selogangga dan Sungai Ngrowo.
Dam Cluwok dibangun sepanjang 50 meter memiliki 14 pintu air dengan kedalaman 7 meter. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, dam tersebut sempat menjadi sasaran serangan pasukan Jepang karena dianggap sebagai fasilitas publik vital.
Meski tidak berfungsi lagi sejak tahun 1985 setelah pembangunan Terowongan Niyama periode kedua, saat ini Dam Cluwok masih kokoh berdiri. Dan rencananya, bangunan Dam Cluwok akan kembali digali sampai dasar dam, sehingga memperlihatkan keseluruhan bangunan dam.
Bupati Maryoto Birowo berharap di peringatan Hari Air Sedunia, warga Tulungagung semua dapat ikut menjaga kelestarian sumber mata air. Termasuk irigasi pengairan.
“Berbicara air itu sumber kehidupan. Apa pun butuh air. Karena itu dengan penuh rasa hormat kami minta semua warga Tulungagung untuk menjaga dan melestarikan sumber mata air,” paparnya lagi.
Bahkan ia menyebut air juga perlu dijaga kualitasnya. Terlebih setiap orang membutuhkan 60 liter air per harinya.
“Kalau seluruh masyarakat Tulungagung berjumlah satu juta lebih sudah berapa per harinya membutuhkan air. Kali kan saja 60 liter, bisa sampai 50.000 m3,” tandasnya. (atu)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS