Selasa
20 Mei 2025 | 10 : 56

Di Tulungagung, Guntur Wahono Beber Sejarah dan Filosofi Seni Tradisi Tiban

pdip-jatim-220731-guntur-tiban-1

TULUNGAGUNG – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Guntur Wahono menghadiri pagelaran seni tradisi Tiban di Desa Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Minggu (31/7/2022).

Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, dia juga menjelaskan sejarah dan filosofi dari seni tradisi yang ada di Kabupaten Tulungagung, Blitar, Kediri dan Trenggalek tersebut. Dia juga mengajak semua masyarakat untuk menjaga dan melestarikan seni tradisi Tiban warisan leluhur.

“Tiban adalah kesenian tradisional yang harus kita jaga. Iki tilarane poro leluhur sing kudu dileluri (Ini peninggalan para leluhur yang harus dilestarika),” kata Guntur Wahono.

Sekretaris Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPD PDI Perjuangan Jatim itu menyebutkan, Tulungagung, Kediri dan Blitar itu dikenal sebagai segitiga emas Majapahit.

Kalau dijabarkan satu persatu adalah istilah bahwa “Tulungagung Dadi Kedung” artinya bahwa Tulungagung adalah kedungnya para jawara. “Blitar Dadi Latar” yang artinya bahwa Blitar itu jembar (luas) pemikirannya.

Dan terakhir adalah “Kediri Dadi Kali” yang artinya bahwa Kediri itu Mili terus ilmune (mengalir terus ilmunya). Dari ketiga istilah itu, jelas Guntur, menyatu menjaga kesatuan Nusantara di bawah kepemimpinan Gajah Mada.

Guntur menambahkan, seni tradisional itu ada dimana-mana dan disetiap suku di Indonesia mempunyai adat tradisi sendiri.

Menurutnya, sejarah dari Tiban sendiri, adalah merupakan perwujudan dan persatuan dari masyarakat dalam memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk diberikan berkah hujan.

Karena banyaknya budaya di Indonesia, paparnya, maka cara memohon kepada Tuhan atau upaya spritualnya juga berbeda. Ada yang sholawatan, ada yang istighotsah, ada yang membakar dupa, ada yang melalui kesenian tiban dan lain sebagainya.

“Ini sebuah tradisi turun-temurun yang sudah ada sejak dulu. Saya bangga ternyata jawara Tiban tidak hanya generasi tua, tapi juga banyak generasi muda yang mencintai seni tradisi Tiban,” ucapnya.

Sebagai wakil rakyat, Guntur berharap seni tradisi Tiban bisa lestari dan tetap ada dari sekarang dan selamanya. Dia juga berdoa agar para pecinta seni budaya selalu diberi kesehatan, kekuatan dan rezeki yang melimpah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Mari kita jaga sportifitas, kita jaga persaudaraan melalui kesenian Tiban. Dan kita semua senantiasa mendapat keberkahan kesehatan sekarang dan seterusnya,” tutupnya.

Di tempat yang sama, pembina seni tradisi Tiban Tulungagung, Supriyanto Dharmoredjo mengatakan, dalam filosofi Jawa seni tradisi Tiban adalah sebuah ritual untuk meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dari budaya yang sudah lama ada itu, kalau diambil hikmahnya bagaimana upaya dari generasi penerus untuk menjaga dan melestarikan budaya itu.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mengerti, menghargai dan menjaga budaya leluhur,” kata pria yang menjabat sebagai Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung itu.

Pria yang akrab disapa Dokter Pri itu menjelaskan, budaya di Indonesia itu ada banyak sekali, dan semua budaya mengandung filosofi sendiri-sendiri didalamnya, salah satunya adalah seni tradisi Tiban.

Melestarikan seni tradisi Tiban, sebutnya, adalah hal yang sangat bagus, karena bisa digunakan sebagai media menjaga solidaritas, menjaga sportifitas dan menjaga jiwa-jiwa kesatria bagi para generasi penerus.

Dengan seni budaya Tiban, diharapkan para generasi muda tidak mudah larut dari serbuan budaya asing, salah satunya adalah melalui permainan-permainan asing, game online dan lain-lain.

“Dengan seni tradisi Tiban, kita menggali kembali potensi lokal sebagai pijakan menuju masa depan yang lebih baik,” jelasnya.

Karena sudah lama tidak dilaksanakan, sebut Dokter Pri, pagelaran seni tradisi Tiban kali ini disambut antusias masyarakat yang cukup tinggi. Bahkan anak-anak yang berusia 10 tahun juga ikut mencintai seni tradisi Tiban itu.

Sebagai pembina, dia berjanji akan menata lebih baik pagelaran seni tradisi Tiban yang ada di Tulungagung sehingga edukasi sejarah dari seni tradisi Tiban serta filosofinya bisa diketahui oleh masyarakat khususnya para generasi muda. (sin/pr)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Komisi IV DPRD Banyuwangi Tinjau Lapang Perusahaan Paving, Pastikan Kualitas dan Kesiapan

BANYUWANGI – Komisi IV DPRD Banyuwangi melaksanakan tinjau lapangan ke beberapa perusahaan produk paving blok ...
KRONIK

Silaturahmi dengan Mahasiswa BIB, Ini Pesan Ketua DPRD Sumenep

SUMENEP – Ketua DPRD Sumenep, H. Zainal Arifin, meminta para mahasiswa asal Sumenep yang berada di luar daerah ...
KRONIK

Banyuwangi Surplus Hewan Kurban untuk Iduladha, Pasok Berbagai Daerah di Indonesia

BANYUWANGI – Menjelang Hari Raya Iduladha 2025, ketersediaan hewan kurban di Banyuwangi melebihi kebutuhan ...
LEGISLATIF

DPRD Berharap Kasus Dugaan Korupsi di Perumda Panglungan Segera Dituntaskan

JOMBANG – Kalangan DPRD Kabupaten Jombang mendorong pihak kejaksaan segera menuntaskan penyidikan kasus dugaan ...
LEGISLATIF

Suyatno Dorong Generasi Muda Masuk Kepengurusan Koperasi Merah Putih

MAGETAN – Wakil Ketua DPRD Magetan, Suyatno memberi penekanan kepada calon pengurus koperasi Merah Putih ke depan ...
MILANGKORI

Apresiasi Kirab Budaya Wisata Gogoniti, Erma Dorong Masyarakat Kembangkan Potensi Wisata Desa

BLITAR – Suasana Desa Kemirigede, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar pada Minggu (18/5/2025) mendadak ramai. ...