BLITAR – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Blitar, Budi Susila Jaya mengapresiasi masyarakat Desa Kesamben yang masih tetap nguri-uri adat istiadat dan budaya masyarakat Jawa dengan menggelar tradisi Grebeg Suro dalam menyambut Tahun Baru Islam 1443 Hijriah atau 1 Muharram.
Apalagi, acara tersebut tetap memperhatikan kondisi saat ini, yakni dengan memperhatikan protokol kesehatan karena masih dalam masa pandemi Covid-19.
Apresiasi itu dia sampaikan saat acara Grebeg Suro bersama Komunitas Burung Anggungan, Karang Taruna Desa Kesamben, Pokmas Samurai, dan Masyarakat Pemerhati Budaya di Petilasan Den Bagus Kliwon Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Budi mengatakan, Grebeg Suro adalah acara tradisi budaya tahunan masyarakat Kesamben dalam bentuk “Nyadran” atau menggelar ritual selamatan sebagai wujud ‘ngalap berkah’ di malam 1 Suro.
“Tradisi Grebeg Suro ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan setiap menjelang 1 Muharram (1 Suro pada tahun Jawa). Karena kultur masyarakat Desa Kesamben yang menyukai budaya kesenian jaranan, maka tradisi yang dilakukan adalah “Nyadran” di tempat-tempat yang dikeramatkan masyarakat desa setempat,” terang Budi, Selasa (10/8/2021).
“Tempat keramat itu seperti “Danyangan” atau masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Petilasan Den Bagus, seorang tokoh yang membabat alas Desa Kesamben yang petilasannya berada tepat di atas bukit. Dalam ritual itu puluhan warga mengadakan Kenduri Baritan dan berdoa bersama kepada Tuhan agar dijauhkan dari marabahaya sekaligus untuk tolak balak,” tambah dia.
Dalam pelaksanaan ritual Grebeg Suro ini terdapat rangkaian acara. Antara lain, pelepasan burung anggungan di alam liar, seperti perkutut, derkuku dan puter pelung.
“Pelepasan burung di alam liar ini sebagai simbol agar virus Corona hilang di bumi Blitar, utamanya di Kecamatan Kesamben. Sebab, warga yang terinfeksi virus Covid-19 jumlahnya tergolong banyak mencapai 24 orang. Termasuk juga kecamatan ini juga berada dalam zona merah dalam sebaran Covid-19,” terang dia.
Selain itu, dalam rangkaian acara ritual Grebeg Suro ini, Budi juga melakukan aksi penanaman 150 pohon jenis tabepuya dan kembang kenanga. Aksi tanam pohon ini sebagai upaya penghijauan kembali di alam liar.
“Kita edukasi masyarakat dengan aksi tanam pohon ini agar gemar melakukan penghijauan. Tujuannya agar menjaga dan mencintai ekosistem kelestarian alam,” bebernya.
Menurutnya, menguri-uri budaya ini sesuai dengan jiwa nasionalis PDI Perjuangan yang terus mengangkat dan mempertahankan kearifan lokal agar tidak tergerus oleh majunya zaman.
Untuk itu dia berharap, melalui tradisi Grebeg Suro ini bisa memberikan pesan kepada para generasi muda atau milenial agar peduli terhadap kesenian dan kebudayaan milik bangsa Indonesia ini. (arif/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS