SURABAYA – Rangkaian kunjungan Calon Presiden Ganjar Pranowo di Surabaya, Sabtu (6/5/2023), menuai banyak apresiasi dari berbagai pihak. Bukan hanya dari aspek antusiasme publik yang menyemut hingga ribuan warga dalam menyambut Ganjar, tapi juga gaya komunikasi tokoh murah senyum itu yang dinilai sangat dialogis.
“Saya melihat Ganjar lebih banyak mengisi kunjungannya di Surabaya dengan berdialog bersama warga. Proses-proses dialog inilah yang membuat Ganjar berhasil merebut hati warga Surabaya,” ujar pengamat sosial, Bambang Budiono MS di Surabaya, Minggu (7/5/2023).
Bambang menjelaskan bahwa di dalam ilmu sosial, gaya komunikasi dialogis yang dibangun Ganjar merupakan bagian dari “tindakan komunikasi intersubyektif”.
Baca juga: Teriakan “Ganjar Presiden” Menggema di Acara Konsolidasi PDI Perjuangan Jatim
“Tindakan komunikasi intersubyektif itu komunikasi yang bebas hambatan dominasi. Dua orang yang berkomunikasi berada dalam posisi setara, sama-sama menjadi subyek. Nah tindakan komunikasi intersubyektif ini yang selalu dibangun Ganjar Pranowo saat bertemu warga,” terangnya.
Dia mencontohkan saat Ganjar berdialog dengan ribuan warga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Balai Pemuda Surabaya.
“Ganjar justru bertanya ke pelaku UMKM, siapa yang jago masak soto, lalu apa hambatannya saat menjalankan usahanya. Warga menjadi subyek yang berbicara. Ganjar justru lebih banyak mendengarkan,” ungkap Bambang.
Menyambung hal itu, Ketua Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jawa Timur, Deni Wicaksono, menyebut jika gegap gempita warga Surabaya menyambut kedatangan Ganjar kemarin merupakan gambaran dari solidaritas kolektif yang muncul secara organik dari akar rumput.
“Solidaritas kolektif masyarakat Surabaya muncul begitu saja, karena karakteristik Ganjar memang tidak jauh berbeda dengan Pak Jokowi. Sosok pemimpin yang humble dan dekat dengan rakyat,” ujar Deni Wicaksono.
Menurutnya, solidaritas kolektif ini sendiri secara teoritis dibagi atas dua macam, yaitu solidaritas mekanik, dan solidaritas organik.
“Solidaritas warga yang hadir untuk mendukung Ganjar kemarin adalah bentuk solidaritas organik. Saya menyaksikan sendiri bagaimana warga Surabaya datang secara sukarela hanya untuk bertemu dan sekadar bersalaman dengan Pak Ganjar. Tanpa disuruh, tanpa perlu diiming-imingi sesuatu. Magnitude Ganjar memang luar biasa,” sebutnya.
Deni pun menyebut antusiasme warga dalam menyambut Ganjar juga sangat tulus. “Mulai Pak Ganjar lari pagi hingga ke ruang-ruang publik seperti perjalanan ke Balai Pemuda, lalu ke rumah kelahiran Bung Karno, semuanya penuh antusiasme. Ekspresi warga tulus dan apa adanya dalam menyayangi Mas Ganjar,” ujar Deni. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS