BLITAR – Dalam dialog dengan kelompok tani (poktan) Subur Makmur dari Desa Kedung Bunder, Kec Lodoyo Kab Blitar Senin lalu, Eva Sundari mendapat keluhan terkait banjir tahunan yang menyusahkan petani di Sutojayan, Blitar.
Pertemuan di Balai Kelurahan Kedung Bunder itu dihadiri oleh anggota Poktan, Lurah Gatot Puspito dan beberapa tokoh masyarakat setempat.
Banjir tahunan biasanya terjadi di bulan Januari/Februari akibat meluapnya air dari Sungai Bogel yang mengalami pendangkalan. Yang memprihatinkan, ada persawahan di 5 desa (Kedung Bunder, Kalipang, Sukorejo, Sutojayan, dan Kembang Arum) yang terdampak.
Lurah Gatot Puspito menjelaskan, bukan saja 1.000 ha lebih sawah yang terendam, tapi ada beberapa kuburan desa yang hanyut terbawa banjir. Untung tidak ada keluarga yang menggugat lurah atas kehilangan makam-makam tersebut.
Karena pemerintah pusat sedang berkonsentrasi pada pembangunan Jalur Lingkar Selatan, maka Eva Sundari mengusulkan penyelesaian sementara berupa pengerukan pasir penyebab pendangkalan secara gotong royong berbasis komunitas di 5 kelurahan terdampak tersebut.
Ketua Poktan Subur Makmur, Tohari, bersedia untuk menjadi inisiator gotong royong tersebut yang akan dilaksanakan awal Oktober 2016. Tantangan teknis, yaitu mendatangkan mesin ekskavator akan bisa diatasi dengan meminjam dari Pemkab Blitar maupun Pemprov Jatim.
Pengedukannya relatif mudah, tapi yang tersulit adalah merubah perilaku warga karena di sungai banyak kantong plastik tempat sampah rumah tangga.
“Proyek normalisasi sungai Bogel harus menyertakan ibu-ibu. Jika tidak, kita menghadapi resiko ketidakberlanjutan atau bahkan gagal,” kata Eva Sundari.
“Masih perlu waktu untuk menguji kesungguhan para petani tersebut mengorganisir diri untuk proyek tersebut,” imbuhnya.
Eva Sundari berjanji akan datang di daerah tersebut di reses yang akan datang untuk mengawal realisasi proyek tersebut. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS